Sunday, 24 May 2015

Hikmah Di Balik Peristiwa Isra Mi'raj Rasulullah


Gambar diambil dari : sini


dakwatuna.com – “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS. Al-Isra’: 1)

“Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm: 13-18)

Pada suatu malam yang dingin tanggal 27 Rajab, tepatnya 10 tahun setelah Rasulullah SAW menerima wahyu kenabian, Allah SWT. memberangkatkan hamba-Nya yang terkasih-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian naik ke langit ke-7 menuju Sidratul Muntaha. Semuanya tentu tahu tentang peristiwa tersebut karena setiap tahunnya umat muslim di Indonesia memperingatinya. Tapi adakah di antara mereka yang mengetahui peristiwa tersebut kemudian memahami ‘kenapa Allah memberangkatkan seorang hamba-Nya yang bernama Muhammad SAW itu?’

Dan dalam tulisan berikut ini kita akan membahasnya secara singkat tentang hikmah di balik Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah saw. Kenapa kita harus membahasnya? Ada dua tujuan; Pertama, kita semua sepakat dan meyakini bahwa setiap kejadian dan peristiwa pasti ada hikmah yang terkandung tentunya bagi orang-orang yang berakal, kedua, dalam pembahasan ini diharapkan setelah membaca tulisan ini dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT yang begitu besar kekuasaan-Na. Berikut hikmah yang dapat saya rangkum dari buku Sirah Nabawiyah.

1. Isra’ Mi’raj adalah perjalanan yang nyata, bukan perjalanan ruhani/mimpi atau khayalan.

Sungguh tak bisa dibayangkan apabila perjalanan Isra’ Mi’raj yang Rasulullah jalankan merupakan hanya perjalanan ruhani alias hanya mimpi, karena jika hal itu yang terjadi maka perjalanan Isra’ Mi’raj tidak ada bedanya dengan wahyu-wahyu yang Rasulullah terima baik melalui bisikan Jibril maupun dari mimpi. Sehingga peristiwa Isra’ Mi’raj tidak bisa dijadikan pembuktian keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sepulangnya Rasulullah dari perjalanan Isra’ dan Mi’raj-nya, beliau mengumumkan tentang apa yang telah dialaminya semalam kepada kaumnya. Dan sebagaimana yang diceritakan oleh Rasulullah bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj tersebut sebuah perjalanan yang dilakukannya dengan jiwa dan ruhnya, maka seketika itu banyak dari kaum Quraisy yang menentang dan mencemoohnya dengan sebutan ‘gila’. Kaumnya beranggapan mana mungkin perjalanan dari Masjidil Haram yang di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di negeri Syam (Palestina) hanya dengan waktu semalaman, padahal mereka jika hendak ke negeri Syam untuk berdagang membutuhkan waktu hingga 1 bulan lamanya. Tak pelak peristiwa Isra’ Mi’raj yang menurut mereka tidak masuk akal membuat beberapa orang yang baru masuk Islam tergoyahkan keimanannya dan kembali menjadi murtad.

2. Isra’ Mi’raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari apa yang dialami Rasulullah SAW ketika berada di Thaif yang mendapatkan penghinaan, penolakan dan pengusiran.

Sebelum peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi, Rasulullah SAW terus mengalami ujian yang sangat berat. Mulai dari embargo ekonomi hingga dikucilkan dari kehidupan sosial yang dilakukan oleh Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib, kemudian cobaan yang sangat berat diterima oleh Rasulullah SAW adalah meninggalnya orang-orang yang terkasihinya dalam waktu yang berdekatan yaitu meninggalnya pamannya Abu Thalib bin Abdul Muthalib serta istrinya tercinta Khadijah yang selalu menemaninya dan mendukungnya dengan jiwa, raga dan hartanya dalam perjalanan dakwah Rasulullah. Lalu hingga pengusiran, penolakan dan penghinaan kepada apa yang Rasulullah dakwahkan kepada penduduk kota Thaif.

3. Isra’ bukanlah peristiwa yang sederhana. Tetapi peristiwa yang menampakkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Allah yang paling besar.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surat Al-Isra’: 1 dan An-Najm: 13-18 bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan pembuktian dan menampakkan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang paling besar. Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada yang tidak bisa Allah lakukan, dan hal tersebut terkadang masih saja di antara kita yang meragukan tentang kekuasaan Allah yang sangatlah besar, sehingga membuat kita menjadi ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya.

4. Peristiwa Isra’ Mi’raj membuktikan bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah bersifat universal.

Perjalanan Isra’ dari Masjidil Haram yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di Syam melintasi ribuan kilometer yang jauh dari Mekah tempat Rasulullah dilahirkan, hal ini Allah ingin membuktikan bahwa ajaran yang Rasulullah bawa bukan hanya untuk penduduk Mekah saja tetapi untuk seluruh wilayah yang ada di bumi ini. Setibanya Rasulullah SAW di Masjidil Aqsha, beliau memimpin shalat para Nabi dan Rasul-Rasul Allah. Hal tersebut menandakan bahwa baginda Rasulullah SAW merupakan pemimpin dan penghulu para Nabi dan Rasul yang telah Allah turunkan sebelumnya. Dan agama Islam beserta syariatnya yang Rasulullah bawa menjadi ajaran dan syariat yang berlaku untuk seluruh kaum dan umat manusia di seluruh dunia.

5. Dalam Isra’ Mi’raj diturunkannya perintah shalat wajib 5 kali dalam sehari.

Ketika Rasulullah sampai di Sidratul Muntaha dan menghadap kepada Allah, lalu Allah menurunkan syariat shalat 5 waktu kepada Rasulullah SAW dan kepada para umatnya. Dan perintah shalat yang Rasulullah terima menjadi perintah yang Rasulullah pegang erat dan Rasulullah teguhkan kepada umatnya agar jangan sampai umatnya melalaikannya, karena ibadah shalat menjadi kunci utama diterimanya amalan-amalan umatnya yang lainnya hingga sampai Rasulullah mewasiatkannya pada detik-detik meninggalnya Rasulullah saw.

Demikianlah peristiwa Isra’ Mi’raj ini Allah SWT memperjalankannya kepada baginda Rasulullah SAW, hal tersebut sesungguhnya untuk dapat diketahui oleh orang-orang yang beriman dan berakal. Semoga ini menjadi hikmah yang besar buat kita semua.



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/18/21114/hikmah-dibalik-peristiwa-isra-miraj-rasulullah-saw/#ixzz3ajx23vEr

Tuesday, 5 May 2015

Amalan Istimewa



Masih ingat kisah seorang sahabat yang dikabarkan Rasulullah masuk surga karena setiap malam sebelum tidur dia selalu memaafkan kesalahan orang-orang yang berbuat salah kepadanya?

Masih ingat kisahnya Bilal bin Rabbah , dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari,

“Rasulullah berkata kepada Bilal, “Ceritakanlah kepadaku amal apa yang amat engkau harapkan dalam Islam, sebab aku mendengar suara kedua sandalmu di surga?” Bilal menjawab; “Tidak ada amal ibadah yang paling kuharapkan selain setiap aku berwudhu baik siang atau malam aku selalu shalat setelahnya sebanyak yang aku suka”

Masih ingat kisah seorang Wanita yang sudah bertahun-tahun dikubur namun jasad dan wajahnya tampak seperti baru dikuburkan. Bahkan dengan senyuman yang sangat berseri di wajahnya. Ketika ditanyakan kepada ibunya, apa yang telah dilakukannya selama hidup di dunia, sehingga mendapatkan kemulian tersebut.
 Amal istimewa yang selalu dilakukan selama hidupnya adalah tilawah Qur’an setiap habis sholat meskipun hanya sebentar.

Ada juga cerita seorang akhwat, yang terkena bencana Tsunami di Aceh saat sedang mengisi dauroh di sebuah kampus ternama di Aceh. Jasadnya tidak rusak, bahkan pakaiannya masih utuh tanpa ada yang robek. Padahal kebanyakan orang yang meninggal di lokasi yang sama dengannya mengalami luka-luka yang mengerikan. Ibu ini adalah seseorang yang senantiasa menjaga auratnya semenjak berusia baligh sampai dia meninggal dunia.

Masih dari Aceh,saat proses pencarian korban tsunami. Relawan- relawan yang setiap hari tugasnya berhadapan dengan mayat-mayat yang setengah membusuk, hancur dan bau dikarenakan lama terendam di air dan tertimpa reruntuhan bangunan, suatu hari mencium bau yang sangat wangi. Mereka penasaran darimana sumber bau wangi itu diantara bau busuk dari mayat-mayat yang lain.Bau wangi ini terasa sangat istimewa, seakan-akan jadi penghibur bagi mereka yang bertemankan dengan bau-bau yang menusuk hidung. Setelah lama berusaha mencarinya,mereka akhirnya menemukan sumber bau yang istimewa itu,ternyata dari salah seorang korban tsunami.

Tapi mayat ini amat istimewa, selain mengeluarkan bau yang wangi, jasadnya tidak rusak sedikitpun.Bahkan wajahnya dihiasi dengan senyuman kebahagiaan. Karena istimewanya mayat ini,para relawan memutuskan untuk tidak menguburkan jenazahnya di kuburan massal seperti mayat-mayat yang lain. Mereka berusaha mencari identitas korban dengan mengumumkan penemuan jenazah tersebut kepada masyarakat.Ternyata ada anggota keluarga yang mengenali jenazah tersebut dan membawa pulang jenazahnya untuk dikuburkan secara layak. Namun, sebelum anggota keluarga membawa pulang jenazah tersebut, relawan- relawan yang penasaran bertanya, apa yang telah dilakukan oleh jenazah tersebut selama hidup didunia”?. Anggota keluarganya menjelaskan, bahwa jenazah tersebut adalah seorang hafidzah yang istiqomah menjaga hafalannya. Memuraja’ah hafalannya setiap hari.

Belajar dari beberapa cerita diatas,hendaknya kita juga memiliki amalan istimewa yang konsisten kita lakukan setiap harinya. Kemuliaan mereka terlihat dari konsistennya mereka menjaga amalnya. Meskipun terkesan sederhana,tapi tidak banyak orang yang konsisten dan mampu melaksanakannya. Merekalah orang-orang pilihan yang memiliki keunikan dan keunggulan dibandingkan yang lain.

Sesungguhnya surga itu memiliki banyak pintu,dan setiap orang akan memasuki pintu-pintu tersebut sesuai amal terbaiknya atau amal unggulannya selama hidup. Meskipun kita juga memiliki kesempatan memasuki surga melalui semua pintu seperti Abu Bakar As Shiddiq, tapi yang paling penting adalah kita harus mempersiapkan amal terbaik kita dihadapan Allah SWT, untuk selanjutnya kita serahkan kepada Allah untuk menilainya sembari kita memohon kepada Allah agar memasukkan kita kebarisan orang-orang yang mendapatkan kemuliaan JannahNya.

Dalam 24 jam waktu kita, begitu banyak ibadah yang bisa menjadi amalan unggulan kita. Misalnya :

Sholat berjamaah tepat pada waktunya,
bersedekah setiap harinya,
berwudhu sebelum tidur/ selalu menjaga wudhu dalam keadaan dan kondisi bagaimanapun ,
puasa senin-kamis,
selalu mengucapkan salam saat bertemu dengan saudara seiman, selalu tersenyum dan berwajah ceria saat bertemu orang lain,
Tilawah Qur’an setiap habis sholat, menghafal Qur’an walau cuman seayat habis sholat
memakai pakaian terbaik saat sholat,
selalu mengucapkan hamdallah ketika mendapatkan nikmat Allah SWT dan sebagainya.

Allah mencintai amal yang kita lakukan secara konsisten (terus menerus) meskipun sedikit. Maka milikilah amalan istimewa yang hanya dirimu dan Allah saja mengetahuinya. Kerjakanlah secara konsisten walaupun amalan tersebut sederhana, tapi yakinlahi tidak semua orang mampu istiqomah mengerjakannya.

Selamat memiliki amalan istimewa!
Masih ingatkah kita ketika sa'ad bin abi waqqos meminta kepada rosulullah agar doanya selalu dikabulkan.... maka rosulullah menyuruh agar membersihkan segala yang dimakan

Ustadz Fatih Karim

Wednesday, 15 April 2015

Lelah Yang Disukai Allah



Ada 8 kelelahan yang disukai Alloh Ta'ala dan RosulNya :

1. Lelah dalam berjihad di jalan-Nya (QS. 9:111)

2. Lelah dalam berda'wah/mengajak kepada kebaikan (QS.41:33)

3. Lelah dalam beribadah dan beramal sholeh (QS.29:69)

4. Lelah mengandung, melahirkan, menyusui. merawat dan mendidik putra/putri amanah Illahi (QS. 31:14)

5. Lelah dalam mencari nafkah halal (QS. 62:10)

6. Lelah mengurus keluarga (QS. 66:6)

7. Lelah dalam belajar/menuntut ilmu (QS. 3:79)

8. Lelah dalam kesusahan, kekurangan dan sakit (QS.2:155)
Semoga kelelahan dan kepayahan yang dirasakan menjadi bagian yang disukai oleh Allah dan RasulNya. Aamiin yaa Rabbal-'aalamiin

Friday, 27 March 2015

Ukhuwah Penanda Iman



Umar Bin Khattab pernah berkata : Aku tidak mau hidup lama di dunia yang fana ini, kecuali karena tiga hal : Keindahan berdakwah dan berjihad di jalan-Nya. Repotnya bangun dan berdiri untuk Qiyamul Lail. Dan indahnya bertemu dengan sahabat-sahabat  .

Mungkin kisah berikut ini mampu mengawal perasaan kita. Betapa ukhuwah itu merupakan penanda iman kita.

Semenjak Rasulullah wafat, Bilal menyatakan bahwa dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi.

Ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata : Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.

Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.

Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya : Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?

Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah ke makam Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Rasulullah.

Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Rasulullah, pada sang kekasih.

Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut.

Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal : Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami.

Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Bilal pun memenuhi permintaan itu.

Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Rasulullah masih hidup.

Mulailah dia mengumandangkan adzan.

Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali.

Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.

Dan saat bilal mengumandangkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan.

Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah diantara mereka.

Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang tak bisa dirampungkan.

Bayangkan kita seolah sedang hidup bersama di tengah-tengah mereka.

Hamba-hamba Allah yang selalu terhubung dengan langit dan merasakan indahnya ukhuwah dalam kebenaran dan kemuliaan.

Maka jika masih ada batas dalam perjalanan ukhuwah kita, bisa dipastikan kita telah gagal menggenggam makna ukhuwah yang sebenarnya.

Ada sebuah nasihat dari Ibnul Qoyyim Al Jauziyah : Ukhuwah itu hanya sekedar buah dari keimanan kita kepada Allah.

Jadi jika ukhuwahnya bermasalah mari kita evaluasi keimanan kita kepada-Nya.

Efek dari hubungan baik kita dengan yang ada di langit secara langsung berefek pada baiknya keterhubungan kita dengan bumi.

Dalam sebuah kutipan ada yang mengingatkan kepada kita : Sebesar  cintamu pada Allah, sebesar itu pula cinta orang lain kepadamu. Sebesar ketakutanmu akan murka Allah, sebesar itu pula keseganan orang lain terhadapmu. Sebesar kesibukanmu pada Allah, sebesar itu pula
orang lain sibuk untukmu. (Kutipan Al-Mughirah)

Begitu juga dalam Ayat Al-Qur'an : Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat : 10)

Hati yang beriman adalah hati yang indah, disebabkan dalam hati mereka selalu tersambung dengan Allah dan selalu meneladani Rasulullah. Hati yang indah adalah hati yang selalu mengulurkan rasa cinta kepada sesama.

Hati mereka selalu tunduk pada Allah dan Rasulullah, sehingga mudah tunduk pada ukhuwah,  dengan berbagai perbedaan yang ada.

Maka tak perlu menjaga ukhuwah, karena ukhuwah hanya akibat dari iman.

Semoga ukhuwah kita yang terjalin diakibatkan oleh iman yang ada di dalam hati-hati kita, Aamiin.

Monday, 16 March 2015

Dunia Bagaikan Bunga



Dunia bagi setiap orang adalah seperti halnya bunga. Ia cantik, indah dan menarik. Akan tetapi orang yang memiliki ilmu dan keimanan di hatinya, ia akan sabar untuk tidak memetiknya. Karena ia tahu, dengan kebersabaran itu ia akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari itu, yakni tatkala bunga tersebut telah tumbuh menjadi buah. Yang kebermanfaatannya lebih besar dan lebih nyata serta lebih lama.

Sementara orang-orang yang tidak memiliki ilmu dan iman di hatinya, akan melihat dunia seperti halnya bunga yang indah. Namun ia bersegera memetiknya, yang tanpa sadar ia tertipu dengannya. Karena tak lama setelah ia memetiknya, sang bunga lalu layu, mati dan tidak memberikan kebermanfaatan apa-apa.‪

(Pembahasan Tafsir Al-Isbah karya Syaikh ‘Abdullah Bin Sholih Al-‘Ubaylan Hafidzhohullohu ta’ala)

Selalu ada kekusutan yang tak bisa diluruskan disaat kita jauh dari Allah



Pernahkah kamu berfikir untuk menyendiri disaat pikiranmu sedang kacau?
Ingin menjauh dari keramaian dan hanya berkutat dengan pikiranmu yang sudah mengawang jauh dalam kesendirian?

Taukah kamu bahwa kita semua memiliki jiwa baik, itulah sebabnya mengapa kita menyesal atas kesalahan yang sudah jelas dilakukan disaat 'sadar'.
Tapi tak bisa dipungkiri, manusia juga makhluk yang sangat lemah. Lemah untuk melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari setelah menyesali kesalahan itu di hari ini. 

Sahabat Fillah, betapa pun besarnya dosa-dosa kita, betapa pun banyak kemaksiatan yang telah kita lakukan, Allah SWT tetap sayang kepada kita.
Allah tetap merindukan kita dan memanggil kita dengan mesra untuk kembali kepada-Nya.

"Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas atas diri mereka, janganlah kamu berputus harapan dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa-dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani."
(QS. Az-Zumar [39]: 53)

Wednesday, 11 March 2015

Berkaca Pada Diri Sendiri, Sepakati Kita Masih Bodoh



Benarlah.. Kita hanya mengaku ngaku cerdas.
Sekolah tinggi tinggi, tapi jauh dari kategori orang yang punya tingkat kecerdasan itu.

So.. Kategori orang cerdas itu seperti apa sih?

Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’

Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan).

Why? Karena,  jika akhir kesempatan bagi manusia untuk beramal adalah kematian, mengapa orang-orang yang cerdas tidak mempersiapkannya?

via @diariesimage

Saat Kehilangan Orang-orang Tercinta



Sebuah pepatah mengatakan setiap perjumpaan pasti ada perpisahan. Setiap sesuatu yang datang pasti akan pergi. Setiap yang lahir pasti akan mati. Tidak ada yang tetap di dunia ini, semuanya akan berubah. Yang Maha Kekal hanyalah Allah SWT. Hal itu sudah ditetapkan oleh Allah SWT:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ ﴿٢٦﴾ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ ﴿٢٧﴾

Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan (yang) tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q.S. Ar-Rahmaan (55):26-27)

Hidup ini memang terkadang tidak bisa memilih. Kita tidak bisa menghindar dari bagian pahit dari kehidupan. Sesuatu ketika seseorang harus kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya.

Karena itu semua adalah bagian dari kehidupan kita. Semuanya harus diterima dengan lapang dada sebagaimana ketika pertama kali menerima orang yang dicintai tersebut. Memang sudah menjadi sunnatullah bahwa sesuatu itu ada dan tiada. Berawal dari tidak ada kemudian jadi ada dan terakhir nantinya akan kembali menjadai tiada. Itu adalah hal yang sudah pasti dan tidak ada yang bisa menawar atau menghindar.

Namun terkadang banyak diantara kita yang tidak bisa melihat dari sisi yang lain dari hilangnya orang tercinta. Kita biasanya hanya melihat dari sisi ‘kita’nya tanpa berusaha melihat dari sisi-sisi lainnya, sehingga ketika ada orang yang dicintai telah pergi, kita langsung mengukur dan menilainya berdasar sudut pandang kita.

Maka ketika hal itu tidak sesuai dengan keinginan atau bertentangan dengan apa yang kita harapkan, tentu kita tidak akan begitu saja menerima apa yang telah terjadi itu. Kita sering kali menyalahkan orang lain atau sesuatu faktor lain atas kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan kita, bahkan tidak jarang ada orang yang secara tidak tahu diri dan begitu sombongnya sampai-sampai berani menyalahkan Allah SWT atas perginya orang yang dicintainya. Sungguh malang nasib orang seperti itu.Naudzubillah min dzaalik.” 😢

Hendaknya orang yang sedang merasakan kesedihan yang cukup mendalam berkaca kepada orang lain yang nasibnya jauh lebih sedih dan sakit dari pada apa yang telah menimpa padanya.


via al-manar : http://almanar.co.id/takiyatun-nafs/saat-kehilangan-orang-orang-tercinta.html

Landing page http://berdakwah.sigit.co.uk

Pelancar dan Penghamba Rezeki



Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada empat hal pelancar rezeki:

1- shalat malam
2- memperbanyak istighfar di waktu sahur
3- membiasakan sedekah
4- berdzikir di pagi dan petang

Ada empat hal penghambat rezeki:

1- tidur pagi
2- sedikit shalat
3- malas-malasan
4- sifat khianat

Berjabat Tangan

Berjabat tangan adalah sunnah yang disyari'atkan dan adab mulia para shahabat Radhiyallahu anhum yang dipraktikkan sesama mereka tatkala berjumpa.

Imam Bukhâri rahimahullah dalam kitab al-Isti'dzân dalam kitab Shahihnya memuat sebuah bab yang berjudul Babul Mushafahah (Bab: Berjabat Tangan). Dalam bab ini, beliau rahimahullah membawakan beberapa hadits yang menjelaskan sunnahnya berjabat tangan tatkala bersua, diantaranya :

عَنْ قَتَادَةَ قَالَ قُلْتُ لِأَنَسٍ أَكَانَتْ الْمُصَافَحَةُ فِي أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ 

Dari Qatâdah Radhiyallahu anhu ia berkata, “Saya bertanya kepada Anas (bin Mâlik) Radhiyallahu anhu , ‘Apakah berjabat tangan dilakukan dikalangan para shahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?’ Beliau Radhiyallahu anhu menjawab, ‘Ya’ [1]

Dalam riwayat lain :

كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَلاَقَوْا تَصَافَحُوْا وَإِذَا قَدِمُوْا مِنْ سَفَرٍ تَعَانَقُوْا 

Adalah shahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mereka bertemu, mereka saling berjabat tangan dan apabila kembali dari perjalanan mereka saling berangkulan .[2] 

Dan hadits Ka'ab Bin Mâlik Radhiyallahu anhu setelah turunnya taubat beliau, ia berkata :

دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ حَوْلَهُ النَّاسُ فَقَامَ إِلَيَّ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ يُهَرْوِلُ حَتَّى صَافَحَنِي وَهَنَّأَنِي

Saya masuk masjid (Nabawi) sementara Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang dalam keadaan duduk dan dikelilingi oleh manusia (para shahabat), lalu Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu anhu berlari ( kearahku) lalu beliau Radhiyallahu anhu berjabat tangan denganku dan memberikan ucapan selamat kepadaku.

P.S : jabat tangan yg dimaksud adalah antara sesama laki-laki, bkn antara laki-laki dan perempuan (yg bkn mahram).

Via : http://almanhaj.or.id/content/3337/slash/0/berjabat-tangan-sunnahkah/
Rujukan : http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/jabat-tangan-dengan-wanita-dalam-pandangan-4-madzhab.html

Tuesday, 10 March 2015

Apa Susahnya?



Sambil ngantri beristighfar 100 kali atau lebih  dari itu... sambil bertasbih... bertahlil... bertakbir... dan dzikir-dzikir lainnya.

Detik-detik jangan sampai berlalu sia-sia.
Tentu sangat tidak susah, akan tetapi menjadi sangat susah tatkala tangan gatel ingin baca berita di internet, karena waktu menunggu paling asyik buat ngenet, atau buka FB, atau ngetweet, nge-BBM, nge-WA, dll.

Tidak dilarang sih, akan tetapi jangan lupa diselingi dengan dzikir.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram (QS. ar-Ro'du: 28)

Monday, 9 March 2015

Mengenal Cara Membersihkan Batin dan Mensucikan Hati



Latifatul Qalbi, ini erat kaitannya dengan jantung manusia. Letaknya di bawah payudara. Dari sini lahir sifat-sifat kemusyrikan (tahayul dan khufarat). Untuk mensucikannya, kita perlu memperbanyak dzikrullah lahir dan batin, terutama zikir bil qalb.

Latifatur Ruhi, berkaitan dengan paru-paru manusia. Tempat ini merupakan sumber lahirnya sifat nafsu kebinatangan sehingga menimbulkan sifat-sifat murka, tamak, zalim, dendam. Usaha untuk mengikis sifat-sifat ini adalah dengan mujahadah secara sungguh-sungguh dan istiqomah. Syahadat dan kalimah tayyibah perlu diperbanyak.

Latifatus Sirri, merupakan sifat binatang buas. Beberapa akibat yang nampak bagi pemiliknya adalah suka menuruti hawa nafsu yang buruk dan membahayakan diri sendiri. Bentuknya adalah nafsu syahwat yang berlebih-lebihan, angan-angan negatif, melamun tidak pada tempatnya, mengkhayal yang sukar untuk dicapai. Usaha untuk mengobatinya adalah memperbanyak dzikir dengan suara halus dan khusyu’, berusaha menghidupkan rasa kasih sayang pada orang lain, menyantuni dan melindungi wanita, bergaul dengan orang yang bertaqwa.

Latifatul khafy, terletak dalam limpa manusia. sifat-sifat menyerupai sifat syaiton timbul dari sini yaitu hasad, iri, tidak jujur, khianat, provokatif, dll. Yang diperlukan untuk mengobatinya adalah dzikir bil qalb dan menghidupkan sifat sabar dan syukur.

Latifatul Akhfa, terletak dalam empedu. Sifat yang terlahir adalah ujub, takabur, bangga diri dan pamer. Bahayanya sifat ini dapat menghancurkan amal ibadah yang dilakukan. Untuk menghacurkan sifat ini adalah dengan taqarrub muaqabah (mencermati dan menghisap diri) serta memperbanyak dzikir asmaul husna yang berkaitan dengan keagungan dan kebesaran Allah SWT.

Latifatun Nafsun Natifa, pada kening manusia. Dari tempat tersebut bersumber nafsu ammaratun bissu’ (emosi yang berlebihan, murka tak terkendali, tidak ada dama dan kasih sayang). Mendorong banyak angan-angan, sifat keras dan kasar dalam jiwa pemiliknya.Perlu memperbanyak membaca asmaul husna yang berhubungan dengan kasih sayang dan kelembutan Allah SWT.

Latifah Kullul Jasad, yakni sifat jahil dan lalai, tergesa-gesa. Perlu memperbanyak istighfar dan do’a yang memohon dilindungi dari lalai dan malas, menghindar dari fikiran pada keduniawian dan beribadah sungguh-sungguh.

Wallahu a’lam

Sunday, 8 March 2015

Bersabarlah Ukhti...



Akan tiba masa dimana seorang pria datang dengan membawa sesuatu hal yang lebih manis dibanding coklat dan bunga.

Ia yang selama ini secara diam-diam mengucapkan namamu dalam setiap panjatan doanya, tanpa paksaan, tanpa diminta, ia memohonkan harapan-harapan yang dimilikinya. Mendukungmu dari balik kepala tanpa banyak suara.

Adakah bentuk cinta tertinggi selain menyelipkan namamu dalam bilik mesra dengan Allah? 😳

Bila tiba waktunya, ia akan mendedikasikan waktu untuk mendampingimu kapanpun dibutuhkan, Ia pula yang nantinya akan selalu menyisipkan tangan dijarimu untuk kembali. 😳

Bersabarlah wahai ukhti,
Janganlah terburu-buru ingin menikah hanya karena teman-temanmu sudah banyak yang menikah.

Bukankahkah kita semua menginkan pernikahan yang berkah dan indah?

Yakin bahwa Allah sudah mempersiapkan dan akan menghidangkan apabila kita telah pantas untuk mendapatkannya.
Insha Allah..

Jangan Berlama-lama di Tempat Tercela



Rasulullah SAW pernah bersabda, "sesungguhnya tempat buah  hajat ini dihadiri (oleh setan)..." (HR. Ahmad 4/373, Ibnu Majah:296, Ibnu Hibban: 1406)

A. Berdoa
maka jika salah seorang dari kalian hendak memasuki kamar mandi, ucapkanlah: " Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan..." (HR. al-Bukhari:142, Muslim: 375, at-Tarmidzi: 606, Ibnu Majah: 297)

B. Dahulukan Kaki kiri
Rasulullah menyukai mendahulukan bagian kanan ketika masuk masjid, mengenakan pakaian , dan seluruh perkara kebaikan. Sebagaimana hadits , "Nabi SAW lebih menyukai mendahulukan bagian kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, tatkala bersuci dan dalam setiap perkara (kebaikan)..." (HR. al-Bukhari: 168, Muslim: 268). Adapun saat hendak memasuki WC, kita mendahulukan kaki kiri. Hal ini menunjukkan WC adalah tempat kotor.

Nasihat Imam Gazhali



Jika berjumpa dengan kanak-kanak, anggaplah mereka lebih mulia dari kita, karena kanak-kanak ini  belum banyak melakukan dosa daripada kita.

apabila bertemu dengan orang tua, anggaplah dia lebih mulia dari kita, karena mereka sudah lama beribadat.

jika bertemu dengan orang alim, anggaplah dia lebih mulia dari kita, karena mereka banyak ilmu yang telah mereka pelajari dan ketahui.

apabila melihat orang jahil, anggaplah mereka lebih mulia dari kita, karena mereka membuat dosa dalam kejahilan sedangkan kita membuat dosa dalam keadaan mengetahui.

jika melihat orang jahat, jangan anggap kita lebih mulia dari mereka, karena mungkin suatu hari nanti dia akan insaf  dan bertaubat tas kesalahanny6a.


Wednesday, 25 February 2015

Di Balik Ketidaktahuan



Nabi Nuh belum tahu banjir akan datang ketika membuat kapal dan ditertawai kaumnya.

Nabi Ibrahim belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.

Nabi Musa belum tahu laut akan terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.

Yang mereka tahu adalah bahwa mereka harus patuh kepada perintah Allah dan tanpa berhenti berharap yang terbaik.
Ternyata di balik ketidaktahuan kita, Allah telah menyiapkan kejutan.
Seringkali Allah berkehendak di detik-detik terakhir dalam pengharapan dan ketaatan hamba-hamba-Nya.
Jangan kita berkecil hati saat sepertinya belum ada jawaban doa, karena kadang Allah mencintai kita dengan cara-cara yang tidak kita duga dan tidak kita suka.
Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan!
Maka lakukan bagianmu saja, dan biarkan Allah akan mengerjakan bagian-Nya.

Tetaplah percaya,
Tetaplah berdoa,
Tetaplah setia,
Tetaplah meraih ridho-Nya.
 

Monday, 23 February 2015

Ikhlas Itu....



Ikhlas itu.... ketika nasihat, kritik, dan bahkan fitnah, tidak mengendurkan amalmu dan tidak membuat semangat punah.

Ikhlas itu.... ketika hasil tak sebanding usaha dan harapan, tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dalam kesedihan.

Ikhlas itu.... ketika amal tidak bersambut apresiasi sebanding, tak membuatmu urung bertanding.

Ikhlas itu.... ketika niat baik disambut berbagai prasangka, kamu tetap berjalan tanpa berpaling muka.

Ikhlas itu.... ketika sepi atau ramai, sedikit atau banyak, menang atau kalah, kau tetap pada jalan lurus dan terus melangkah.

Ikhlas itu.... ketika kau lebih mempertanyakan apa amalmu dibanding apa posisimu, apa peranmu dibanding apa  kedudukanmu, apa tugasmu dibanding apa jabatanmu.

Ikhlas itu.... ketika ketersinggunan pribadi tak membuatmu keluar dari barisan dan merusak tatanan.

Ikhlas itu.... ketika posisimu di atas tak membuatmu jumawa, ketika posisimu di bawah, tak membuatmu ogah bekerja.

Ikhlas itu.... ketika khilaf mendorongmu minta maaf, ketika salah mendorongmu berbenah, ketika ketinggalan mendorongmu mempercepat kecepatan.

Ikhlas itu.... ketika kebodohan orang lain terhadapmu, tidak kau balas dengan kebodohanmu terhadapnya, ketika kezalimannya terhadapmu, tidak kau balas dengan kezaliman terhadapnya.

Ikhlas itu.... ketika kau hadapi wajah marah dengan senyum ramah, kau hadapi kata kasar dengan jiwa besar,  ketika kau hadapi dusta dengan menjelaskan fakta.

Ikhlas itu.... gampang diucapkan, sulit diterapkan, namun tidak mustahil diusahakan.

Abdul Hadir
Riyadh

Tuesday, 17 February 2015

Cara-cara Allah Dalam Mentarbiyah Hamba-hamba-Nya



Allah memiliki banyak cara dalam mentarbiyah hamba-hamba-Nya

1. Terkadang Allah mengujimu dengan gangguan dan sesuatu yang menyakitkan dari orang di sekitarmu, sampai hatimu tidaklah bergantung kepada siapapun. Tidak kepada ibu, bapak, saudara dan teman. Akan tetapi, hatimu bergantung kepada-Nya saja

2. Terkadang Dia mengujimu dengan tujuan menampakkan dari hatimu ibadah kesabaran, ridho, dan percaya kepada diri-Nya. Apakah kamu ridho kepada-Nya dikarenakan Dia telah memberimu? Atau dikarenakan kamu percaya bahwa Dia adalah Zat yang penuh dengan  hikmah (dalam segala kehendak dan perbuatan-Nya) lagi Maha Penyayang?

3. Terkadang Dia mencegahmu dari rezeki yang kamu minta, sebab Dia tahu bahwa sesungguhnya rezeki tersebut akan menjadi penyebab rusaknya agama atau duniamu. Aatau waktunya belum tiba dan akan tiba pada saat terbaik yang mungkinkan

4. Terkadang Dia tidak memberikanmu kenikmatan dengan sempurna yang kamu telah nikmati. Sebab, Dia melihat bahwa hatimu telah menyukai dunia, lalu DIa berkehendak memperlihatkan padamu akan hakikat dunia, agar kamu dapat zuhud, memandang rendah pada dunia dan merinndukan surga.

5. Sesungguhnya Dia mengetahui penyakit di hatimu yang kamu tidak mampu mengobatinya sesuai dengan kemampuanmu, lalu dia mengujimu dengan kesulitan-kesulitan yang semuanya itu akan mengusir penyakit tersebut walaupun kamu merasakan sedikit sakit dan pedih, namun kemudian kamu akan tertawa setelah itu.

6. (Terkadang) Dia menunda terkabulnya doamu sehingga kamu menghabiskan segala sebab dan usaha (untuk mewujudkan harapan dan cita-cita) dan kamu berputus asa dari keadaan  yang baik, namun kemudia Dia memperbaiki keadaanmu dan sekiranya kamu tidak menyangkanya, sehingga kamu mengetahu bahwa Dia-lah yang menganugerakan kenikmatan tersebut terhadapmu.

7. (Terkadang) Ketika kamu sedang melaksanakan ibadah karena berniat mencari dunia, lalu Dia menghalang-halangi kamu dari dunia sehingga niat ikhlas dapat kembali lagi ke hatimu dan kamu dapat terbiasa beribadah karena Rabb yang Maha Penyayang, kemudian akhirnya Dia memberikanmu (dunia tersebut) dan tidak melemahkan keikhlasanmu.

8. (Terkadang) Dia memperlama ujian dan cobaan pada dirimu dan Dia hendak memperlihatkan padamu di sela-sela cobaan ini kasih sayang, pertolongan dan perasaan lapang dada yang memenuhi hatimu, yang kamu ketahui dengan baik, sehingga kecintaan tersebut memenuhi hatimu.

9. (Terkadang) Dia melihat dirimu lalai untuk mendidik hatimu dan menafsirkan semua kejadian-kejadian seakan-akan semuanya terjadi dengan sendirinya, kemudian Dia memperlihatkan padamu sebagian dari keajaiban takdir-takdir-Nya dan pengabulan-Nya yang cepat terhadap doa, sehingga (ketika itu) kamu bisa bangun dan sadar dari kelalaian tersebut.

10. (Terkadang) Dia mempercepat turunnya hukuman-Nya terhadap dirimu atas dosa-dosamu sehingga kamu dapat segera bertasbih, lalu Dia mengampunimu dan menyucikanmu dan tidak membiarkan dosa-dosamu terakumulasi dan memenuhi hatimu, sehingga hatimu tertutup dengan noda hitam yang menyebabkan hatimu menjadi buta.

11. Sesungguhnya ketika dirimu terus menerus memelas memohon suatu serta marah-marah terhadap qadar Allah (karena belum mengabulkan keinginanmu), maka Dia memberikan dan mengabulkannya untukmu sehingga kamu dapat merasakan hakikat (keburukan hasil)nya, lalu kamu membencinya dan kamu baru mengetahui (ketika itu) bahwa pilihan Allah untukmu lebih baik bagimu.

12. Suatu ketika kamu tertimpa cobaan, lalu Dia memperlihatkan kepadamu orang lain yang tertimpa cobaan yang sama  denganmu, akan tetapi keadaannya jauh lebih buruk daripada dirimu, sehingga kamu dapat merasakan belas kasih-Nya terhadap dirimu dan kamu mengatakan di dalam hatimu "Alhamdulillah"

Sunday, 15 February 2015

Pentingnya Kesungguhan



Apa pentingnya kesungguhan? apakah kesungguhan dapat mempengaruhi hasil? jika kita ditanyai dengan pertanyaan seperti itu, maka tentu saja jawabannya "iya" karena sesungguhnya Allah sendiri berfirman, " Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami,benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. al-Ankabut : 69).

Saudaraku, banyak sekali urusan dunia ini yang seolah nampak berat untuk dilakukan sehingga manusia enggan menyanggupinya. Padahal yang sebenarnya terjadi hanyalah tentang mau bersungguh-sungguh atau tidak. Karena banyak sekali yang nampak berat tercapai, rupanya bisa tercapai karena kesungguhan.

Contohnya shalat Tahajud. Mengapa shalat ini seolah hal yang berat sekali untuk dilakukan? Bangun  di malam hari saat orang lain tidur nyenyak, mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat, membayangkannya saja sudah terasa berat. Yang terjadi sebenarnya bukan Tahajudnya yang berat, melainkan karena tidak adanya kesungguhan untuk menunaikannya.

Jika kita sungguh-sungguh, maka Tahajud akan terasa ringan saja dilakukan. Tahajud akan berat dilakukan jika hanya rencana yang diucapkan saja. Namun, dengan izin Allah akan mudah terbangun di malam hari dan Tahajud akan mudah dilakukan jika rencana itu tidak hanya diucapkan, tapi juga diniatkan dalam hati dengan penuh keseriusan.

Allah SWT berfirman. "Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati." (QS. at-Thaghabun : 4)

Orang yang memiliki kesungguhan niat untuk menunaikan Tahajud, ia pasti akan mudah terbangun di malam hari dengan sebab apa saja. Dan itu terjadi atas izin Allah karena Allah mengetahui isi hatinya, Allah mengetahui kesungguhan niatnya. Allah memudahkan jalan untuknya.

Saudaraku, mari kita perhatikan  orang-orang yang melakukan  kejahatan korupsi saja misalnya, mereka  menyusun rencana  dengan sangat rapi. Kemudian melakikan setahap demi setahap rencana itu demi tercapainya maksud mereka. Jika orang-orang yang bermaksud jahat saja sedemikian serius melakukannya, maka seharusnya kita pun seserius itu melakukan kebaikan.

Ada sebuah ungkapan yang sangat terkenal, "Man jadda, wajadda", siapa yang bersungguh-sungguh, dia pasti bisa meraihnya. Demikian juga kita dalam menjemput rezeki kita. Semakin sungguh-sunggih kita menjemputnya, maka semakin dekat kita untuk meraihnya.

Monday, 9 February 2015

Empat Masalah Dan Solusinya



Jika kalian merasakan empat masalah berikut, cobalah periksa dan perbaiki

1. Jika kalian diuji dengan syahwat dan hawa nafsu, periksalah sholat kalian

"Maka datang sesudah mereka suatu keturunan yang mereka telah melalaikan sholat dan memperturutkan syahwat hawa nafsunya.". (QS. Maryam : 59)

2. Jika kalian merasa keras hati, perperangai buruk, sengsara dan tidak adanya kemudahan, periksalah hubungan dengan ibumu dan baktimu kepadanya

"Dan (Dia jadikan aku) berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka". (QS. Maryam : 32)

3. Jika kalian merasa depresi, tertekan dan merasakan kesempitan dalam hidup, periksalah interaksimu dengan al-Qur'an

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku (al-Qur'an - berdzikir), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit". (QS. Thaha : 124)

4. Jika kalian merasa kurang tegar dan tegus di atas kebenaran dan gangguan kegelisahan, maka periksalah bagaimana pelaksanaanmu terhadap nasehat dan mauzhah yang kalian dengar

"Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (iman mereka)". (QS. an-Nisa : 66)

Sunday, 8 February 2015

15 Hikmah Sakit



Inilah 15 hikmah dari sakit menurut Salim A Fillah

1. Sakit Itu Dzikrullah
Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan  syahdu menyebut Asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya.

2. Sakit Itu Istighfar
Dosa-dosa akan mudah teringat jika datang sakit. Sehingga lisan terbimbing untuk memohon ampun

3. Sakit Itu Tauhid
Bukankah saat sedang hebat rasa sakit kalimat thoyibat yang akan terus digetar?

4. Sakit Itu Muhasabah
Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenung diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali

5. Sakit Itu Jihad
Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah, diwajibkan terus berikhtiar berjuang demi kesembuhannya

6. Sakit Itu Ilmu
Bukankah ketika sakit, dia akan memerika, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit

7. Sakit Itu Nasihat
Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri. Yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang pada keduanya.

8. Sakit Itu Silaturahmi
Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya datang membesuk dengan penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah

9. Sakit Itu Penggugur Dosa
Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan dan dicucikan-Nya.

10. Sakit Itu Mustajab Doa
Pernah suatu ketika Imam as-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yang sakit

12. Sakit Itu Membuat Sedikit Tertawa dan Banyak Menangis
Sikap inilah yang merupakan suatu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit.

13. Sakit Meningkatkan Kualitas Ibadah
Rukuk, sujud jadi lebih khusyuk. Tasbih-istighfar jadi lebih sering. Tahiyyat-doa jadi lebih lama.

14. Sakit Itu Memperbaiki Akhlak
Kesombongan jadi terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.

15. Sakit Itu Mengingatkan Kematian
Dengan sakit kita jadi lebih sering mengingat mati, sehingga ketaqwaan menjadi meningkat.

Bagi kalian yang sedang sakit, tetap bersabar dan terus berusaha serta berdoa, semoga sakitnya akan diangkan oleh-Nya

Wednesday, 4 February 2015

Hati-hati Tentang Mindset



 Dahulu kala, tersebutlah seorang pengusaha kaya. Ia memiliki perusahaan yang cukup besar. Namun menjelang akhir hayatnya, Ia hanya mewariskan sebagian kecil dari perusahaannya untuk dikelola oleh kedua anak lelakinya.

Sebelum sang ayah menghembuskan nafas terakhir, dia memberi pesan kepada kedua anaknya,  "Anakku, dua pesan penting yang ingin ayah sampaikan kepadamu untuk keberhasilan hidupmu. Pertama: Jangan pernah menagih piutang kepada siapapun. Kedua: Jangan pernah tubuhmu terkena terik matahari secara langsung."

5 tahun berlalu, sang ibu menengok anak sulungnya dengan kondisi bisnisnya yang sangat memprihatinkan.

Ibu pun bertanya, "Wahai anak sulungku, mengapa kondisi bisnismu demikian?"

Si sulung menjawab, "Saya mengikuti pesan ayah, bu. Sayadilarang menagih piutang kepada siapapun sehingga banyak piutang yang tidak dibayar dan lama-lama habislah modal saya. Pesan yang kedua adalah ayah melarang saya terkena sinar matahari secara langsung dan saya hanya mempunya sepeda motor, itulah sebabnya saya pergi dan pulang kantor naik taksi."

Kemudian sang ibu pergi ke tempat si bungsu keadaannya berbeda jauh. Si bungsu sukses menjalankan bisnisnya.

Sang ibu pun bertanya. "Wahai anak bungsuku, hidupmu sedemikian beruntung, apa rahasianya?"

Si bungsu menjawab. "Ini karena saya mengikuti pesan ayah, nu. Pesan pertama saya dilarang menagih piutang kepada siapapun, oleh karena itu saya tidak pernah memberikan hutang kepada siapapun sehingga modal saya tetap utuh. Pesan kedua saya dilarang terkena sinar matahari secarang langsung, maka dengan motor yang saya punya, saya selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam. Sehingga waktu saya untuk melayani pelanggan jauh lebih banyak."

Demikianlah sepenggal kisah mengenai si bungsu dan si sulung yang saling berbeda mindset. Betapa pentingnya mindset hingga dapat merubah kehidupan seseorang. Maka dari itu, marilah kawan, coba kita renungkan kembali apakah mindset yang selama ini kita terapkan sudah benar atau masih memiliki kekurangan. jangan pernah berhenti untuk belajar dan terus merenung tentang apa yang kita lakukan sehari-hari.

Sunday, 1 February 2015

Seorang Anak Yang Tak Pernah Datang Ke Masjid



Maukah kalian kuceritakan sebuah kisah? Kisah ini selalu terulang meski dengan aktor yang berbeda.
Sebuah kisah yang bercerita tentang anak manusia yang sangat jarang atau bahkan tak pernah datang ke masjid.

Suatu hari dia memasuki sebuah masjid, orang-orang pun mengikutinya dari belakang. Sesampainya di masjid diang mengambil posisi yang terdepan, bahkan lebih depan dari posisi imam. Rupanya Ia datang bukan untuk bertaubat, tapi sebagai jenazah yang terlambat mengerti arti hidup yang sesungguhnya.

Semoga kita bukan aktor selanjutnya dari kisah itu.

Selagi ada waktu, sambutlah hidayah itu. Lakukanlah yang terbaik sembari berharap agar semua berakhir indah. Bergegaslah, karena ajal tak menunggu taubatmu.

Berkah Pengajian


Apa untungnya ikut pengajian? begitulah pertanyaan orang yang cenderung berpikiran pragmatis. Menilai sesuatu berdasarkan manfaat atau keuntungan yang bisa diperolehnya. Sesuatu dianggap baik, benar, atau bisa diterima kalau menguntungkan dan seringkali keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan materialistik. Memang seperti itulah kecenderungan pola pikir masyarakat urban.

Kendati begitu, iktu pengajian sebetulnya memang banyak keutamaannya.

Pertama: Ikut pengajian berarti melangkahkan kaki untuk menuntut ilmu. Dan melangkahkan kaki untuk menuntut ilmu sama dengan memudahkan langkah kaki ke surga. Rasulullah diriwayatkan pernah bersabda, "Siapa menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga".(HR. Muslim). Akan tetapi, sebagian orang mungkin merasa suatu pengajian yang ada tidak memberi banyak ilmu kepadanya, sehingga ia tidak tertarik untuk mengikuti pengajian. Namun, penilaian seperti ini seringkali kesimpulan yang terburu-buru. Baru mengikuti sekali pengajian atau baru mengikuti pengajian setengah jam, orang sudah menyimpulkan kalau pengajian itu tidak memberinya apa-apa. Padahal, ikut pengajian itu diibaratkan oleh para ulama seperti berburu atau memancing. Siapa yang berburu atau memancing, dialah yang dapat, sekalipun ada kalanya ia mendapat sedikit dan adakalanya ia mendapat banyak.

Kedua: Ikut pengajian berarti bergaul dengan orang-orang sholeh dan orang-orang alim. Bergaul dengan orang sholeh termasuk tombo ati (obat hati). Kesholehan dan ilmu mereka akan menjadi penyejuk hati. Berkenaan dengan pentingnya bergaul dengan orang Sholeh, Rasulullah diriwayatkan pernah bersabda, "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau mendapatkan bau asapnya yang tak sedap". (HR. al-Bukhari dan Muslim). Pengajian menjadi lingkungan pergaulan yang menunjang keberagamaan kita. Dalam pengajian, kita berdekatan dengan orang-orang yang menyemangati keberagamaan kita. Rasulullah diriwayatkan pernah bersabda, "Seseorang itu sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian memperhatikan siapa yang menjadi teman dekatnya." (HR. Abu Dawud dan at-Tarmidzi)

Ketiga: Ikut pengajian berarti mengeratkan tali persaudaraan, kebersamaan dan silaturahim. Rasulullah diriwayatkan pernah bersabda, "Siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah bersilaturahim." Selain itu, dengan kebersamaan, kita lebih mudah untuk saling menolong. Pengajian bisa menjadi pintu bagi pertolongan Allah. Dalam sebuah hadist dikatakan, "Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya". Pada zaman sekarang, frekuensi komunikasi tatap muka semakin dikalahkan oleh komunikasi via monitor. Secara psikologis, ini berdampak buruk bagi manusia. Manusia menjadi kurang peduli dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan kemampuannya dalam interaksi interpersonal melemah. Pengajian adalah salah satu forum di mana kita bisa 'melepas lelah' dari kepenatan komunikasi jarak jauh dan membangun kebersamaan yang lebih ber-energi.

Keempat: Ikut pengajian berarti bersiap-siap untuk beramal sholeh lebih banyak lagi. Dengan mengikuti pengajian, kita tidak hanya bisa meraih manfaat, tapi juga menebar manfaat. Seringkali dalam suatu pengajian dibicarakan suatu keabikan yang bisa dilakukan. Setelah pengajian kita mempunyai semangat untuk berbuat baik lebih banyak. Pengajian adalah termasuk 'keramaian yang menyemangati'.

Kelima: Ikut pengajian berarti menjauhkan diri dari dosa dan maksiat. Ini berarti meski tertidur dalam pengajian kurang baik, tapi masih lebih baik ketimbang tidak menghadiri pengajian d an hadi di tempat yang kurang steril dari dosa. Menurut penelitian, otak manusia masih merekam keadaan di sekitarnya sekalipun dalam keadaan tidur.

Sumber: Buletin jum'at al-Wasath






Wednesday, 28 January 2015

Jangan Pernah Menyesali Amal



Ini merupakan sebuah kisah nyata.

Di suatu tempat ada seseorang yang bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Pada suatu hari Ia berencana untuk mengeluarkan uangnya untuk beramal dan membayar semua hutang-hutangnya karena Ia tahu bahwa esok hari Ia akan mendapatkan uang. maka Ia pun mengeluarkan uang untuk yang Ia rencanakan. 

Keesokan harinya di lokasi parkir, Ia mendapat kabar bahwa uang hasil kerjanya tidak bisa Ia dapatkan hari itu juga. Gajinya baru akan keluar minggu depan. Ia pun kaget dan bingung ketika mengecek dompetnya. Ternyata, uang yang tersisa tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhannya hingga minggu depan. 

Ada rasa sedikit menyesal mengenai apa yang telah Ia lakukan kemarin dengan sebagian besar uangnya. Sampai akhirnya Ia sadar lalu mengucapkan, "innalillahi wa innailaihi roji'un". Ia ingat ayat al-Qur'an yang baru saja Ia baca tadi pagi. Ia sadar bahwa Ia harus ikhlas. 

Ketika hendak ia menjalankan motornya, Ia mengambil STNK. Tak disangka, di antara selipan STNK, terdapat sejumlah uang yang tersimpan yang jumlahnya ternyata cukup untuk memenuhi kebutuhannya hingga minggu depan. Ia merasa bersyukur dengan adanya uang tersebut, padahal sebelumnya Ia tak pernah menyimpan uang di sana.

Dari kisah di atas, kita bisa ambil hikmahnya, bahwa sessungguhnya Allah telah berfirman dalam surat al-Baqoroh ayat 155-156 yang artinya: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jjiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan "Innalilahi wa innailaihi roji'un""

So, buat teman-teman sekalian, jangan pernah menyesal karena kita telah beramal, karena sesungguhnya sedikit cobaan itu datang kepada orang yang beriman. Rezeki itu datangnya bukan dari manusia, melainkan datangnya dari Allah. Semua akan datang dan kembali hanya kepada-Nya.