Wednesday, 25 February 2015

Di Balik Ketidaktahuan



Nabi Nuh belum tahu banjir akan datang ketika membuat kapal dan ditertawai kaumnya.

Nabi Ibrahim belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.

Nabi Musa belum tahu laut akan terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.

Yang mereka tahu adalah bahwa mereka harus patuh kepada perintah Allah dan tanpa berhenti berharap yang terbaik.
Ternyata di balik ketidaktahuan kita, Allah telah menyiapkan kejutan.
Seringkali Allah berkehendak di detik-detik terakhir dalam pengharapan dan ketaatan hamba-hamba-Nya.
Jangan kita berkecil hati saat sepertinya belum ada jawaban doa, karena kadang Allah mencintai kita dengan cara-cara yang tidak kita duga dan tidak kita suka.
Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan!
Maka lakukan bagianmu saja, dan biarkan Allah akan mengerjakan bagian-Nya.

Tetaplah percaya,
Tetaplah berdoa,
Tetaplah setia,
Tetaplah meraih ridho-Nya.
 

Monday, 23 February 2015

Ikhlas Itu....



Ikhlas itu.... ketika nasihat, kritik, dan bahkan fitnah, tidak mengendurkan amalmu dan tidak membuat semangat punah.

Ikhlas itu.... ketika hasil tak sebanding usaha dan harapan, tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dalam kesedihan.

Ikhlas itu.... ketika amal tidak bersambut apresiasi sebanding, tak membuatmu urung bertanding.

Ikhlas itu.... ketika niat baik disambut berbagai prasangka, kamu tetap berjalan tanpa berpaling muka.

Ikhlas itu.... ketika sepi atau ramai, sedikit atau banyak, menang atau kalah, kau tetap pada jalan lurus dan terus melangkah.

Ikhlas itu.... ketika kau lebih mempertanyakan apa amalmu dibanding apa posisimu, apa peranmu dibanding apa  kedudukanmu, apa tugasmu dibanding apa jabatanmu.

Ikhlas itu.... ketika ketersinggunan pribadi tak membuatmu keluar dari barisan dan merusak tatanan.

Ikhlas itu.... ketika posisimu di atas tak membuatmu jumawa, ketika posisimu di bawah, tak membuatmu ogah bekerja.

Ikhlas itu.... ketika khilaf mendorongmu minta maaf, ketika salah mendorongmu berbenah, ketika ketinggalan mendorongmu mempercepat kecepatan.

Ikhlas itu.... ketika kebodohan orang lain terhadapmu, tidak kau balas dengan kebodohanmu terhadapnya, ketika kezalimannya terhadapmu, tidak kau balas dengan kezaliman terhadapnya.

Ikhlas itu.... ketika kau hadapi wajah marah dengan senyum ramah, kau hadapi kata kasar dengan jiwa besar,  ketika kau hadapi dusta dengan menjelaskan fakta.

Ikhlas itu.... gampang diucapkan, sulit diterapkan, namun tidak mustahil diusahakan.

Abdul Hadir
Riyadh

Tuesday, 17 February 2015

Cara-cara Allah Dalam Mentarbiyah Hamba-hamba-Nya



Allah memiliki banyak cara dalam mentarbiyah hamba-hamba-Nya

1. Terkadang Allah mengujimu dengan gangguan dan sesuatu yang menyakitkan dari orang di sekitarmu, sampai hatimu tidaklah bergantung kepada siapapun. Tidak kepada ibu, bapak, saudara dan teman. Akan tetapi, hatimu bergantung kepada-Nya saja

2. Terkadang Dia mengujimu dengan tujuan menampakkan dari hatimu ibadah kesabaran, ridho, dan percaya kepada diri-Nya. Apakah kamu ridho kepada-Nya dikarenakan Dia telah memberimu? Atau dikarenakan kamu percaya bahwa Dia adalah Zat yang penuh dengan  hikmah (dalam segala kehendak dan perbuatan-Nya) lagi Maha Penyayang?

3. Terkadang Dia mencegahmu dari rezeki yang kamu minta, sebab Dia tahu bahwa sesungguhnya rezeki tersebut akan menjadi penyebab rusaknya agama atau duniamu. Aatau waktunya belum tiba dan akan tiba pada saat terbaik yang mungkinkan

4. Terkadang Dia tidak memberikanmu kenikmatan dengan sempurna yang kamu telah nikmati. Sebab, Dia melihat bahwa hatimu telah menyukai dunia, lalu DIa berkehendak memperlihatkan padamu akan hakikat dunia, agar kamu dapat zuhud, memandang rendah pada dunia dan merinndukan surga.

5. Sesungguhnya Dia mengetahui penyakit di hatimu yang kamu tidak mampu mengobatinya sesuai dengan kemampuanmu, lalu dia mengujimu dengan kesulitan-kesulitan yang semuanya itu akan mengusir penyakit tersebut walaupun kamu merasakan sedikit sakit dan pedih, namun kemudian kamu akan tertawa setelah itu.

6. (Terkadang) Dia menunda terkabulnya doamu sehingga kamu menghabiskan segala sebab dan usaha (untuk mewujudkan harapan dan cita-cita) dan kamu berputus asa dari keadaan  yang baik, namun kemudia Dia memperbaiki keadaanmu dan sekiranya kamu tidak menyangkanya, sehingga kamu mengetahu bahwa Dia-lah yang menganugerakan kenikmatan tersebut terhadapmu.

7. (Terkadang) Ketika kamu sedang melaksanakan ibadah karena berniat mencari dunia, lalu Dia menghalang-halangi kamu dari dunia sehingga niat ikhlas dapat kembali lagi ke hatimu dan kamu dapat terbiasa beribadah karena Rabb yang Maha Penyayang, kemudian akhirnya Dia memberikanmu (dunia tersebut) dan tidak melemahkan keikhlasanmu.

8. (Terkadang) Dia memperlama ujian dan cobaan pada dirimu dan Dia hendak memperlihatkan padamu di sela-sela cobaan ini kasih sayang, pertolongan dan perasaan lapang dada yang memenuhi hatimu, yang kamu ketahui dengan baik, sehingga kecintaan tersebut memenuhi hatimu.

9. (Terkadang) Dia melihat dirimu lalai untuk mendidik hatimu dan menafsirkan semua kejadian-kejadian seakan-akan semuanya terjadi dengan sendirinya, kemudian Dia memperlihatkan padamu sebagian dari keajaiban takdir-takdir-Nya dan pengabulan-Nya yang cepat terhadap doa, sehingga (ketika itu) kamu bisa bangun dan sadar dari kelalaian tersebut.

10. (Terkadang) Dia mempercepat turunnya hukuman-Nya terhadap dirimu atas dosa-dosamu sehingga kamu dapat segera bertasbih, lalu Dia mengampunimu dan menyucikanmu dan tidak membiarkan dosa-dosamu terakumulasi dan memenuhi hatimu, sehingga hatimu tertutup dengan noda hitam yang menyebabkan hatimu menjadi buta.

11. Sesungguhnya ketika dirimu terus menerus memelas memohon suatu serta marah-marah terhadap qadar Allah (karena belum mengabulkan keinginanmu), maka Dia memberikan dan mengabulkannya untukmu sehingga kamu dapat merasakan hakikat (keburukan hasil)nya, lalu kamu membencinya dan kamu baru mengetahui (ketika itu) bahwa pilihan Allah untukmu lebih baik bagimu.

12. Suatu ketika kamu tertimpa cobaan, lalu Dia memperlihatkan kepadamu orang lain yang tertimpa cobaan yang sama  denganmu, akan tetapi keadaannya jauh lebih buruk daripada dirimu, sehingga kamu dapat merasakan belas kasih-Nya terhadap dirimu dan kamu mengatakan di dalam hatimu "Alhamdulillah"

Sunday, 15 February 2015

Pentingnya Kesungguhan



Apa pentingnya kesungguhan? apakah kesungguhan dapat mempengaruhi hasil? jika kita ditanyai dengan pertanyaan seperti itu, maka tentu saja jawabannya "iya" karena sesungguhnya Allah sendiri berfirman, " Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami,benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. al-Ankabut : 69).

Saudaraku, banyak sekali urusan dunia ini yang seolah nampak berat untuk dilakukan sehingga manusia enggan menyanggupinya. Padahal yang sebenarnya terjadi hanyalah tentang mau bersungguh-sungguh atau tidak. Karena banyak sekali yang nampak berat tercapai, rupanya bisa tercapai karena kesungguhan.

Contohnya shalat Tahajud. Mengapa shalat ini seolah hal yang berat sekali untuk dilakukan? Bangun  di malam hari saat orang lain tidur nyenyak, mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat, membayangkannya saja sudah terasa berat. Yang terjadi sebenarnya bukan Tahajudnya yang berat, melainkan karena tidak adanya kesungguhan untuk menunaikannya.

Jika kita sungguh-sungguh, maka Tahajud akan terasa ringan saja dilakukan. Tahajud akan berat dilakukan jika hanya rencana yang diucapkan saja. Namun, dengan izin Allah akan mudah terbangun di malam hari dan Tahajud akan mudah dilakukan jika rencana itu tidak hanya diucapkan, tapi juga diniatkan dalam hati dengan penuh keseriusan.

Allah SWT berfirman. "Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati." (QS. at-Thaghabun : 4)

Orang yang memiliki kesungguhan niat untuk menunaikan Tahajud, ia pasti akan mudah terbangun di malam hari dengan sebab apa saja. Dan itu terjadi atas izin Allah karena Allah mengetahui isi hatinya, Allah mengetahui kesungguhan niatnya. Allah memudahkan jalan untuknya.

Saudaraku, mari kita perhatikan  orang-orang yang melakukan  kejahatan korupsi saja misalnya, mereka  menyusun rencana  dengan sangat rapi. Kemudian melakikan setahap demi setahap rencana itu demi tercapainya maksud mereka. Jika orang-orang yang bermaksud jahat saja sedemikian serius melakukannya, maka seharusnya kita pun seserius itu melakukan kebaikan.

Ada sebuah ungkapan yang sangat terkenal, "Man jadda, wajadda", siapa yang bersungguh-sungguh, dia pasti bisa meraihnya. Demikian juga kita dalam menjemput rezeki kita. Semakin sungguh-sunggih kita menjemputnya, maka semakin dekat kita untuk meraihnya.

Monday, 9 February 2015

Empat Masalah Dan Solusinya



Jika kalian merasakan empat masalah berikut, cobalah periksa dan perbaiki

1. Jika kalian diuji dengan syahwat dan hawa nafsu, periksalah sholat kalian

"Maka datang sesudah mereka suatu keturunan yang mereka telah melalaikan sholat dan memperturutkan syahwat hawa nafsunya.". (QS. Maryam : 59)

2. Jika kalian merasa keras hati, perperangai buruk, sengsara dan tidak adanya kemudahan, periksalah hubungan dengan ibumu dan baktimu kepadanya

"Dan (Dia jadikan aku) berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka". (QS. Maryam : 32)

3. Jika kalian merasa depresi, tertekan dan merasakan kesempitan dalam hidup, periksalah interaksimu dengan al-Qur'an

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku (al-Qur'an - berdzikir), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit". (QS. Thaha : 124)

4. Jika kalian merasa kurang tegar dan tegus di atas kebenaran dan gangguan kegelisahan, maka periksalah bagaimana pelaksanaanmu terhadap nasehat dan mauzhah yang kalian dengar

"Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (iman mereka)". (QS. an-Nisa : 66)

Sunday, 8 February 2015

15 Hikmah Sakit



Inilah 15 hikmah dari sakit menurut Salim A Fillah

1. Sakit Itu Dzikrullah
Mereka yang menderitanya akan lebih sering dan  syahdu menyebut Asma Allah dibanding ketika dalam sehatnya.

2. Sakit Itu Istighfar
Dosa-dosa akan mudah teringat jika datang sakit. Sehingga lisan terbimbing untuk memohon ampun

3. Sakit Itu Tauhid
Bukankah saat sedang hebat rasa sakit kalimat thoyibat yang akan terus digetar?

4. Sakit Itu Muhasabah
Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenung diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali

5. Sakit Itu Jihad
Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah, diwajibkan terus berikhtiar berjuang demi kesembuhannya

6. Sakit Itu Ilmu
Bukankah ketika sakit, dia akan memerika, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit

7. Sakit Itu Nasihat
Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri. Yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang pada keduanya.

8. Sakit Itu Silaturahmi
Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya datang membesuk dengan penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah

9. Sakit Itu Penggugur Dosa
Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan dan dicucikan-Nya.

10. Sakit Itu Mustajab Doa
Pernah suatu ketika Imam as-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yang sakit

12. Sakit Itu Membuat Sedikit Tertawa dan Banyak Menangis
Sikap inilah yang merupakan suatu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit.

13. Sakit Meningkatkan Kualitas Ibadah
Rukuk, sujud jadi lebih khusyuk. Tasbih-istighfar jadi lebih sering. Tahiyyat-doa jadi lebih lama.

14. Sakit Itu Memperbaiki Akhlak
Kesombongan jadi terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu.

15. Sakit Itu Mengingatkan Kematian
Dengan sakit kita jadi lebih sering mengingat mati, sehingga ketaqwaan menjadi meningkat.

Bagi kalian yang sedang sakit, tetap bersabar dan terus berusaha serta berdoa, semoga sakitnya akan diangkan oleh-Nya

Wednesday, 4 February 2015

Hati-hati Tentang Mindset



 Dahulu kala, tersebutlah seorang pengusaha kaya. Ia memiliki perusahaan yang cukup besar. Namun menjelang akhir hayatnya, Ia hanya mewariskan sebagian kecil dari perusahaannya untuk dikelola oleh kedua anak lelakinya.

Sebelum sang ayah menghembuskan nafas terakhir, dia memberi pesan kepada kedua anaknya,  "Anakku, dua pesan penting yang ingin ayah sampaikan kepadamu untuk keberhasilan hidupmu. Pertama: Jangan pernah menagih piutang kepada siapapun. Kedua: Jangan pernah tubuhmu terkena terik matahari secara langsung."

5 tahun berlalu, sang ibu menengok anak sulungnya dengan kondisi bisnisnya yang sangat memprihatinkan.

Ibu pun bertanya, "Wahai anak sulungku, mengapa kondisi bisnismu demikian?"

Si sulung menjawab, "Saya mengikuti pesan ayah, bu. Sayadilarang menagih piutang kepada siapapun sehingga banyak piutang yang tidak dibayar dan lama-lama habislah modal saya. Pesan yang kedua adalah ayah melarang saya terkena sinar matahari secara langsung dan saya hanya mempunya sepeda motor, itulah sebabnya saya pergi dan pulang kantor naik taksi."

Kemudian sang ibu pergi ke tempat si bungsu keadaannya berbeda jauh. Si bungsu sukses menjalankan bisnisnya.

Sang ibu pun bertanya. "Wahai anak bungsuku, hidupmu sedemikian beruntung, apa rahasianya?"

Si bungsu menjawab. "Ini karena saya mengikuti pesan ayah, nu. Pesan pertama saya dilarang menagih piutang kepada siapapun, oleh karena itu saya tidak pernah memberikan hutang kepada siapapun sehingga modal saya tetap utuh. Pesan kedua saya dilarang terkena sinar matahari secarang langsung, maka dengan motor yang saya punya, saya selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam. Sehingga waktu saya untuk melayani pelanggan jauh lebih banyak."

Demikianlah sepenggal kisah mengenai si bungsu dan si sulung yang saling berbeda mindset. Betapa pentingnya mindset hingga dapat merubah kehidupan seseorang. Maka dari itu, marilah kawan, coba kita renungkan kembali apakah mindset yang selama ini kita terapkan sudah benar atau masih memiliki kekurangan. jangan pernah berhenti untuk belajar dan terus merenung tentang apa yang kita lakukan sehari-hari.

Sunday, 1 February 2015

Seorang Anak Yang Tak Pernah Datang Ke Masjid



Maukah kalian kuceritakan sebuah kisah? Kisah ini selalu terulang meski dengan aktor yang berbeda.
Sebuah kisah yang bercerita tentang anak manusia yang sangat jarang atau bahkan tak pernah datang ke masjid.

Suatu hari dia memasuki sebuah masjid, orang-orang pun mengikutinya dari belakang. Sesampainya di masjid diang mengambil posisi yang terdepan, bahkan lebih depan dari posisi imam. Rupanya Ia datang bukan untuk bertaubat, tapi sebagai jenazah yang terlambat mengerti arti hidup yang sesungguhnya.

Semoga kita bukan aktor selanjutnya dari kisah itu.

Selagi ada waktu, sambutlah hidayah itu. Lakukanlah yang terbaik sembari berharap agar semua berakhir indah. Bergegaslah, karena ajal tak menunggu taubatmu.

Berkah Pengajian


Apa untungnya ikut pengajian? begitulah pertanyaan orang yang cenderung berpikiran pragmatis. Menilai sesuatu berdasarkan manfaat atau keuntungan yang bisa diperolehnya. Sesuatu dianggap baik, benar, atau bisa diterima kalau menguntungkan dan seringkali keuntungan yang dimaksud adalah keuntungan materialistik. Memang seperti itulah kecenderungan pola pikir masyarakat urban.

Kendati begitu, iktu pengajian sebetulnya memang banyak keutamaannya.

Pertama: Ikut pengajian berarti melangkahkan kaki untuk menuntut ilmu. Dan melangkahkan kaki untuk menuntut ilmu sama dengan memudahkan langkah kaki ke surga. Rasulullah diriwayatkan pernah bersabda, "Siapa menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan mempermudah baginya jalan menuju surga".(HR. Muslim). Akan tetapi, sebagian orang mungkin merasa suatu pengajian yang ada tidak memberi banyak ilmu kepadanya, sehingga ia tidak tertarik untuk mengikuti pengajian. Namun, penilaian seperti ini seringkali kesimpulan yang terburu-buru. Baru mengikuti sekali pengajian atau baru mengikuti pengajian setengah jam, orang sudah menyimpulkan kalau pengajian itu tidak memberinya apa-apa. Padahal, ikut pengajian itu diibaratkan oleh para ulama seperti berburu atau memancing. Siapa yang berburu atau memancing, dialah yang dapat, sekalipun ada kalanya ia mendapat sedikit dan adakalanya ia mendapat banyak.

Kedua: Ikut pengajian berarti bergaul dengan orang-orang sholeh dan orang-orang alim. Bergaul dengan orang sholeh termasuk tombo ati (obat hati). Kesholehan dan ilmu mereka akan menjadi penyejuk hati. Berkenaan dengan pentingnya bergaul dengan orang Sholeh, Rasulullah diriwayatkan pernah bersabda, "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak, engkau mendapatkan bau asapnya yang tak sedap". (HR. al-Bukhari dan Muslim). Pengajian menjadi lingkungan pergaulan yang menunjang keberagamaan kita. Dalam pengajian, kita berdekatan dengan orang-orang yang menyemangati keberagamaan kita. Rasulullah diriwayatkan pernah bersabda, "Seseorang itu sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian memperhatikan siapa yang menjadi teman dekatnya." (HR. Abu Dawud dan at-Tarmidzi)

Ketiga: Ikut pengajian berarti mengeratkan tali persaudaraan, kebersamaan dan silaturahim. Rasulullah diriwayatkan pernah bersabda, "Siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah bersilaturahim." Selain itu, dengan kebersamaan, kita lebih mudah untuk saling menolong. Pengajian bisa menjadi pintu bagi pertolongan Allah. Dalam sebuah hadist dikatakan, "Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya". Pada zaman sekarang, frekuensi komunikasi tatap muka semakin dikalahkan oleh komunikasi via monitor. Secara psikologis, ini berdampak buruk bagi manusia. Manusia menjadi kurang peduli dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan kemampuannya dalam interaksi interpersonal melemah. Pengajian adalah salah satu forum di mana kita bisa 'melepas lelah' dari kepenatan komunikasi jarak jauh dan membangun kebersamaan yang lebih ber-energi.

Keempat: Ikut pengajian berarti bersiap-siap untuk beramal sholeh lebih banyak lagi. Dengan mengikuti pengajian, kita tidak hanya bisa meraih manfaat, tapi juga menebar manfaat. Seringkali dalam suatu pengajian dibicarakan suatu keabikan yang bisa dilakukan. Setelah pengajian kita mempunyai semangat untuk berbuat baik lebih banyak. Pengajian adalah termasuk 'keramaian yang menyemangati'.

Kelima: Ikut pengajian berarti menjauhkan diri dari dosa dan maksiat. Ini berarti meski tertidur dalam pengajian kurang baik, tapi masih lebih baik ketimbang tidak menghadiri pengajian d an hadi di tempat yang kurang steril dari dosa. Menurut penelitian, otak manusia masih merekam keadaan di sekitarnya sekalipun dalam keadaan tidur.

Sumber: Buletin jum'at al-Wasath