Friday, 27 March 2015

Ukhuwah Penanda Iman



Umar Bin Khattab pernah berkata : Aku tidak mau hidup lama di dunia yang fana ini, kecuali karena tiga hal : Keindahan berdakwah dan berjihad di jalan-Nya. Repotnya bangun dan berdiri untuk Qiyamul Lail. Dan indahnya bertemu dengan sahabat-sahabat  .

Mungkin kisah berikut ini mampu mengawal perasaan kita. Betapa ukhuwah itu merupakan penanda iman kita.

Semenjak Rasulullah wafat, Bilal menyatakan bahwa dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi.

Ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata : Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.

Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.

Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya : Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?

Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah ke makam Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Rasulullah.

Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Rasulullah, pada sang kekasih.

Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut.

Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal : Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami.

Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon kepada Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Bilal pun memenuhi permintaan itu.

Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Rasulullah masih hidup.

Mulailah dia mengumandangkan adzan.

Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali.

Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.

Dan saat bilal mengumandangkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan.

Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah diantara mereka.

Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang tak bisa dirampungkan.

Bayangkan kita seolah sedang hidup bersama di tengah-tengah mereka.

Hamba-hamba Allah yang selalu terhubung dengan langit dan merasakan indahnya ukhuwah dalam kebenaran dan kemuliaan.

Maka jika masih ada batas dalam perjalanan ukhuwah kita, bisa dipastikan kita telah gagal menggenggam makna ukhuwah yang sebenarnya.

Ada sebuah nasihat dari Ibnul Qoyyim Al Jauziyah : Ukhuwah itu hanya sekedar buah dari keimanan kita kepada Allah.

Jadi jika ukhuwahnya bermasalah mari kita evaluasi keimanan kita kepada-Nya.

Efek dari hubungan baik kita dengan yang ada di langit secara langsung berefek pada baiknya keterhubungan kita dengan bumi.

Dalam sebuah kutipan ada yang mengingatkan kepada kita : Sebesar  cintamu pada Allah, sebesar itu pula cinta orang lain kepadamu. Sebesar ketakutanmu akan murka Allah, sebesar itu pula keseganan orang lain terhadapmu. Sebesar kesibukanmu pada Allah, sebesar itu pula
orang lain sibuk untukmu. (Kutipan Al-Mughirah)

Begitu juga dalam Ayat Al-Qur'an : Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat : 10)

Hati yang beriman adalah hati yang indah, disebabkan dalam hati mereka selalu tersambung dengan Allah dan selalu meneladani Rasulullah. Hati yang indah adalah hati yang selalu mengulurkan rasa cinta kepada sesama.

Hati mereka selalu tunduk pada Allah dan Rasulullah, sehingga mudah tunduk pada ukhuwah,  dengan berbagai perbedaan yang ada.

Maka tak perlu menjaga ukhuwah, karena ukhuwah hanya akibat dari iman.

Semoga ukhuwah kita yang terjalin diakibatkan oleh iman yang ada di dalam hati-hati kita, Aamiin.

Monday, 16 March 2015

Dunia Bagaikan Bunga



Dunia bagi setiap orang adalah seperti halnya bunga. Ia cantik, indah dan menarik. Akan tetapi orang yang memiliki ilmu dan keimanan di hatinya, ia akan sabar untuk tidak memetiknya. Karena ia tahu, dengan kebersabaran itu ia akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari itu, yakni tatkala bunga tersebut telah tumbuh menjadi buah. Yang kebermanfaatannya lebih besar dan lebih nyata serta lebih lama.

Sementara orang-orang yang tidak memiliki ilmu dan iman di hatinya, akan melihat dunia seperti halnya bunga yang indah. Namun ia bersegera memetiknya, yang tanpa sadar ia tertipu dengannya. Karena tak lama setelah ia memetiknya, sang bunga lalu layu, mati dan tidak memberikan kebermanfaatan apa-apa.‪

(Pembahasan Tafsir Al-Isbah karya Syaikh ‘Abdullah Bin Sholih Al-‘Ubaylan Hafidzhohullohu ta’ala)

Selalu ada kekusutan yang tak bisa diluruskan disaat kita jauh dari Allah



Pernahkah kamu berfikir untuk menyendiri disaat pikiranmu sedang kacau?
Ingin menjauh dari keramaian dan hanya berkutat dengan pikiranmu yang sudah mengawang jauh dalam kesendirian?

Taukah kamu bahwa kita semua memiliki jiwa baik, itulah sebabnya mengapa kita menyesal atas kesalahan yang sudah jelas dilakukan disaat 'sadar'.
Tapi tak bisa dipungkiri, manusia juga makhluk yang sangat lemah. Lemah untuk melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari setelah menyesali kesalahan itu di hari ini. 

Sahabat Fillah, betapa pun besarnya dosa-dosa kita, betapa pun banyak kemaksiatan yang telah kita lakukan, Allah SWT tetap sayang kepada kita.
Allah tetap merindukan kita dan memanggil kita dengan mesra untuk kembali kepada-Nya.

"Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas atas diri mereka, janganlah kamu berputus harapan dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampunkan segala dosa-dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani."
(QS. Az-Zumar [39]: 53)

Wednesday, 11 March 2015

Berkaca Pada Diri Sendiri, Sepakati Kita Masih Bodoh



Benarlah.. Kita hanya mengaku ngaku cerdas.
Sekolah tinggi tinggi, tapi jauh dari kategori orang yang punya tingkat kecerdasan itu.

So.. Kategori orang cerdas itu seperti apa sih?

Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’

Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi, ‘Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy. Syaikh Al Albaniy dalam Shahih Ibnu Majah 2/419 berkata : hadits hasan).

Why? Karena,  jika akhir kesempatan bagi manusia untuk beramal adalah kematian, mengapa orang-orang yang cerdas tidak mempersiapkannya?

via @diariesimage

Saat Kehilangan Orang-orang Tercinta



Sebuah pepatah mengatakan setiap perjumpaan pasti ada perpisahan. Setiap sesuatu yang datang pasti akan pergi. Setiap yang lahir pasti akan mati. Tidak ada yang tetap di dunia ini, semuanya akan berubah. Yang Maha Kekal hanyalah Allah SWT. Hal itu sudah ditetapkan oleh Allah SWT:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ ﴿٢٦﴾ وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ ﴿٢٧﴾

Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan (yang) tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Q.S. Ar-Rahmaan (55):26-27)

Hidup ini memang terkadang tidak bisa memilih. Kita tidak bisa menghindar dari bagian pahit dari kehidupan. Sesuatu ketika seseorang harus kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya.

Karena itu semua adalah bagian dari kehidupan kita. Semuanya harus diterima dengan lapang dada sebagaimana ketika pertama kali menerima orang yang dicintai tersebut. Memang sudah menjadi sunnatullah bahwa sesuatu itu ada dan tiada. Berawal dari tidak ada kemudian jadi ada dan terakhir nantinya akan kembali menjadai tiada. Itu adalah hal yang sudah pasti dan tidak ada yang bisa menawar atau menghindar.

Namun terkadang banyak diantara kita yang tidak bisa melihat dari sisi yang lain dari hilangnya orang tercinta. Kita biasanya hanya melihat dari sisi ‘kita’nya tanpa berusaha melihat dari sisi-sisi lainnya, sehingga ketika ada orang yang dicintai telah pergi, kita langsung mengukur dan menilainya berdasar sudut pandang kita.

Maka ketika hal itu tidak sesuai dengan keinginan atau bertentangan dengan apa yang kita harapkan, tentu kita tidak akan begitu saja menerima apa yang telah terjadi itu. Kita sering kali menyalahkan orang lain atau sesuatu faktor lain atas kejadian yang tidak sesuai dengan keinginan kita, bahkan tidak jarang ada orang yang secara tidak tahu diri dan begitu sombongnya sampai-sampai berani menyalahkan Allah SWT atas perginya orang yang dicintainya. Sungguh malang nasib orang seperti itu.Naudzubillah min dzaalik.” 😢

Hendaknya orang yang sedang merasakan kesedihan yang cukup mendalam berkaca kepada orang lain yang nasibnya jauh lebih sedih dan sakit dari pada apa yang telah menimpa padanya.


via al-manar : http://almanar.co.id/takiyatun-nafs/saat-kehilangan-orang-orang-tercinta.html

Landing page http://berdakwah.sigit.co.uk

Pelancar dan Penghamba Rezeki



Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan ada empat hal pelancar rezeki:

1- shalat malam
2- memperbanyak istighfar di waktu sahur
3- membiasakan sedekah
4- berdzikir di pagi dan petang

Ada empat hal penghambat rezeki:

1- tidur pagi
2- sedikit shalat
3- malas-malasan
4- sifat khianat

Berjabat Tangan

Berjabat tangan adalah sunnah yang disyari'atkan dan adab mulia para shahabat Radhiyallahu anhum yang dipraktikkan sesama mereka tatkala berjumpa.

Imam Bukhâri rahimahullah dalam kitab al-Isti'dzân dalam kitab Shahihnya memuat sebuah bab yang berjudul Babul Mushafahah (Bab: Berjabat Tangan). Dalam bab ini, beliau rahimahullah membawakan beberapa hadits yang menjelaskan sunnahnya berjabat tangan tatkala bersua, diantaranya :

عَنْ قَتَادَةَ قَالَ قُلْتُ لِأَنَسٍ أَكَانَتْ الْمُصَافَحَةُ فِي أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ 

Dari Qatâdah Radhiyallahu anhu ia berkata, “Saya bertanya kepada Anas (bin Mâlik) Radhiyallahu anhu , ‘Apakah berjabat tangan dilakukan dikalangan para shahabat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?’ Beliau Radhiyallahu anhu menjawab, ‘Ya’ [1]

Dalam riwayat lain :

كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَلاَقَوْا تَصَافَحُوْا وَإِذَا قَدِمُوْا مِنْ سَفَرٍ تَعَانَقُوْا 

Adalah shahabat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mereka bertemu, mereka saling berjabat tangan dan apabila kembali dari perjalanan mereka saling berangkulan .[2] 

Dan hadits Ka'ab Bin Mâlik Radhiyallahu anhu setelah turunnya taubat beliau, ia berkata :

دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَإِذَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ حَوْلَهُ النَّاسُ فَقَامَ إِلَيَّ طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللهِ يُهَرْوِلُ حَتَّى صَافَحَنِي وَهَنَّأَنِي

Saya masuk masjid (Nabawi) sementara Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang dalam keadaan duduk dan dikelilingi oleh manusia (para shahabat), lalu Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu anhu berlari ( kearahku) lalu beliau Radhiyallahu anhu berjabat tangan denganku dan memberikan ucapan selamat kepadaku.

P.S : jabat tangan yg dimaksud adalah antara sesama laki-laki, bkn antara laki-laki dan perempuan (yg bkn mahram).

Via : http://almanhaj.or.id/content/3337/slash/0/berjabat-tangan-sunnahkah/
Rujukan : http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/jabat-tangan-dengan-wanita-dalam-pandangan-4-madzhab.html

Tuesday, 10 March 2015

Apa Susahnya?



Sambil ngantri beristighfar 100 kali atau lebih  dari itu... sambil bertasbih... bertahlil... bertakbir... dan dzikir-dzikir lainnya.

Detik-detik jangan sampai berlalu sia-sia.
Tentu sangat tidak susah, akan tetapi menjadi sangat susah tatkala tangan gatel ingin baca berita di internet, karena waktu menunggu paling asyik buat ngenet, atau buka FB, atau ngetweet, nge-BBM, nge-WA, dll.

Tidak dilarang sih, akan tetapi jangan lupa diselingi dengan dzikir.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram (QS. ar-Ro'du: 28)

Monday, 9 March 2015

Mengenal Cara Membersihkan Batin dan Mensucikan Hati



Latifatul Qalbi, ini erat kaitannya dengan jantung manusia. Letaknya di bawah payudara. Dari sini lahir sifat-sifat kemusyrikan (tahayul dan khufarat). Untuk mensucikannya, kita perlu memperbanyak dzikrullah lahir dan batin, terutama zikir bil qalb.

Latifatur Ruhi, berkaitan dengan paru-paru manusia. Tempat ini merupakan sumber lahirnya sifat nafsu kebinatangan sehingga menimbulkan sifat-sifat murka, tamak, zalim, dendam. Usaha untuk mengikis sifat-sifat ini adalah dengan mujahadah secara sungguh-sungguh dan istiqomah. Syahadat dan kalimah tayyibah perlu diperbanyak.

Latifatus Sirri, merupakan sifat binatang buas. Beberapa akibat yang nampak bagi pemiliknya adalah suka menuruti hawa nafsu yang buruk dan membahayakan diri sendiri. Bentuknya adalah nafsu syahwat yang berlebih-lebihan, angan-angan negatif, melamun tidak pada tempatnya, mengkhayal yang sukar untuk dicapai. Usaha untuk mengobatinya adalah memperbanyak dzikir dengan suara halus dan khusyu’, berusaha menghidupkan rasa kasih sayang pada orang lain, menyantuni dan melindungi wanita, bergaul dengan orang yang bertaqwa.

Latifatul khafy, terletak dalam limpa manusia. sifat-sifat menyerupai sifat syaiton timbul dari sini yaitu hasad, iri, tidak jujur, khianat, provokatif, dll. Yang diperlukan untuk mengobatinya adalah dzikir bil qalb dan menghidupkan sifat sabar dan syukur.

Latifatul Akhfa, terletak dalam empedu. Sifat yang terlahir adalah ujub, takabur, bangga diri dan pamer. Bahayanya sifat ini dapat menghancurkan amal ibadah yang dilakukan. Untuk menghacurkan sifat ini adalah dengan taqarrub muaqabah (mencermati dan menghisap diri) serta memperbanyak dzikir asmaul husna yang berkaitan dengan keagungan dan kebesaran Allah SWT.

Latifatun Nafsun Natifa, pada kening manusia. Dari tempat tersebut bersumber nafsu ammaratun bissu’ (emosi yang berlebihan, murka tak terkendali, tidak ada dama dan kasih sayang). Mendorong banyak angan-angan, sifat keras dan kasar dalam jiwa pemiliknya.Perlu memperbanyak membaca asmaul husna yang berhubungan dengan kasih sayang dan kelembutan Allah SWT.

Latifah Kullul Jasad, yakni sifat jahil dan lalai, tergesa-gesa. Perlu memperbanyak istighfar dan do’a yang memohon dilindungi dari lalai dan malas, menghindar dari fikiran pada keduniawian dan beribadah sungguh-sungguh.

Wallahu a’lam

Sunday, 8 March 2015

Bersabarlah Ukhti...



Akan tiba masa dimana seorang pria datang dengan membawa sesuatu hal yang lebih manis dibanding coklat dan bunga.

Ia yang selama ini secara diam-diam mengucapkan namamu dalam setiap panjatan doanya, tanpa paksaan, tanpa diminta, ia memohonkan harapan-harapan yang dimilikinya. Mendukungmu dari balik kepala tanpa banyak suara.

Adakah bentuk cinta tertinggi selain menyelipkan namamu dalam bilik mesra dengan Allah? 😳

Bila tiba waktunya, ia akan mendedikasikan waktu untuk mendampingimu kapanpun dibutuhkan, Ia pula yang nantinya akan selalu menyisipkan tangan dijarimu untuk kembali. 😳

Bersabarlah wahai ukhti,
Janganlah terburu-buru ingin menikah hanya karena teman-temanmu sudah banyak yang menikah.

Bukankahkah kita semua menginkan pernikahan yang berkah dan indah?

Yakin bahwa Allah sudah mempersiapkan dan akan menghidangkan apabila kita telah pantas untuk mendapatkannya.
Insha Allah..

Jangan Berlama-lama di Tempat Tercela



Rasulullah SAW pernah bersabda, "sesungguhnya tempat buah  hajat ini dihadiri (oleh setan)..." (HR. Ahmad 4/373, Ibnu Majah:296, Ibnu Hibban: 1406)

A. Berdoa
maka jika salah seorang dari kalian hendak memasuki kamar mandi, ucapkanlah: " Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan..." (HR. al-Bukhari:142, Muslim: 375, at-Tarmidzi: 606, Ibnu Majah: 297)

B. Dahulukan Kaki kiri
Rasulullah menyukai mendahulukan bagian kanan ketika masuk masjid, mengenakan pakaian , dan seluruh perkara kebaikan. Sebagaimana hadits , "Nabi SAW lebih menyukai mendahulukan bagian kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, tatkala bersuci dan dalam setiap perkara (kebaikan)..." (HR. al-Bukhari: 168, Muslim: 268). Adapun saat hendak memasuki WC, kita mendahulukan kaki kiri. Hal ini menunjukkan WC adalah tempat kotor.

Nasihat Imam Gazhali



Jika berjumpa dengan kanak-kanak, anggaplah mereka lebih mulia dari kita, karena kanak-kanak ini  belum banyak melakukan dosa daripada kita.

apabila bertemu dengan orang tua, anggaplah dia lebih mulia dari kita, karena mereka sudah lama beribadat.

jika bertemu dengan orang alim, anggaplah dia lebih mulia dari kita, karena mereka banyak ilmu yang telah mereka pelajari dan ketahui.

apabila melihat orang jahil, anggaplah mereka lebih mulia dari kita, karena mereka membuat dosa dalam kejahilan sedangkan kita membuat dosa dalam keadaan mengetahui.

jika melihat orang jahat, jangan anggap kita lebih mulia dari mereka, karena mungkin suatu hari nanti dia akan insaf  dan bertaubat tas kesalahanny6a.