Wednesday 18 June 2014

Agenda Ibadah Harian Ketika Ramadhan


Satu hari di bulan Ramadhan merupakan kesempatan yang sangat berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Oleh karena itu, agenda yang kita maksud di sini adalah merupakan rangkaian kegiatan yang runut selama dua puluh jam, di mulai dari waktu Subuh hingga waktu Sahur hari berikutnya.
1. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
2. Agenda setelah keluar dari masjid atau mushalla
a. Tidur dengan berharap ganjaran di dalamnya
Dalam atsar disebutkan, Muadz bin Jabal berkata:
إِنِّي لأَحْتَسِبُ فِي نَوْمَتِي كَمَا أَحْتَسِبُ فِي قَوْمَتِي
“Sungguh saya selalu berharap ganjaran dari Allah pada saat tidur sebagaimana saya selalu berharap ganjaran ketika berada di tengah kaumku”.
b. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)
c. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
3. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
4. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas:
Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.
5. Agenda sebelum beduk Maghrib
a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. menyediakan bantuan atau ifthar di masjid-masjid dan di tempat lainnya
d. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
6. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Melakukan ifthar dengan rutab (kurma basah/muda), kurma secara ganjil atau seteguk air putih dengan berharap ganjaran dan mengikuti sunnah diiringi dengan doa
Dalam hadits disebutkan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Rasulullah saw jika berbuka selalu membaca: “Telah hilang rasa haus, dan basah tenggorokan dan ditetapkan ganjaran insya Allah”.
c. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
d. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
e. Berkumpul dengan keluarga dalam menyantap makanan berbuka diiringi dengan syukur atas sempurnanya puasa satu hari penuh
f. Membaca dzikir sore
g. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya dan sunnah tarawih dengan berwudhu dan wangi-wangian (khususnya bagi laki-laki) lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
7. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Menunaikan shalat tarawih secara berjamaah secara sempurna di dalam masjid
Rasulullah saw bersabda:
إِنَّهُ مَنْ صَلَّى مَعَ الإِِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ ، كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
“Sesungguhnya bagi siapa yang shalat bersama imam hingga selesai maka ditulis baginya seperti melakukan shalat qiyam lail”. (Ahlu sunan)
d. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
e. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
f. Dakwah melalui media atau lainnya g. Melakukan mudzakarah
h. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas
Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:
- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali
- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali
- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.
8. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya, dan melakukan shalat secara berjamaah pada 10 malam terakhir
b. Menunaikan shalat witir jika belum menunaikannya secara berjamaah
c. Makan sahur dengan niat beribadah karena Allah dan menunaikan sunnah
Rasulullah saw bersabda:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Makan sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada berkah nya”. (Muttafaqun alaih)
d. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
Ingatlah selalu:
Mengiringi niat yang baik saat melakukan pekerjaan di sepanjang hari pada bulan Ramadhan
“Barangsiapa puasa dengan iman dan berharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya”,
“Barangsiapa melakukan qiyam dengan iman dan berharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya”,
“Barangsiapa yang melaukan i’tikaf dengan iman dan berharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya”,
“Barangsiapa yang mendapatkan lailatul qadar dengan iman dan berharap ridha Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya”
Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah Ramadhan insya Allah.

Allahu a’lam
 Sumber: ngajionline

Jangan Sampai Lalai Menjelang Ramadhan


Kadang terjadi sesuatu hal yang menyedihkan dikalangan umat Islam, kaum muslimin dan muslimat, terutama di zaman kita saat ini lalai dzikir kepada Allah SWT, padahal Ramadhan musim kebaikan, ampunan dan pembebasan dari api neraka, lalai membaca Al-Qur’an, padahal bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, ada juga yang lalai untuk senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang dapat membatalkan atau mengurangi nilai puasanya hanya memahami puasa sekedar menahan diri dari makan dan minum dan syahwat (hubungan suami istri disiang hari) namun lupa dan lalai bahwa puasa juga harus menahan diri dari lisan mengeluarkan ucapan yang kotor, berbuat fasik yaitu perbuatan yang melanggar dan keluar dari ketaatan kepada Allah, bertindak bodoh atau tidak mampu menahan amarah sehigga jika tersinggung sedikit langsung naik pitam padahal dirinya sedang berpuasa… , sehingga wajar Rasulullah saw sejak awal mengingatkan kepada kita. dalam sabdanya:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa adalah perisai, maka jika salah seorang diantara kalian puasa janganlah berkata kotor, jangan bertindak bodoh, dan jika ada seseorang mengjarnya bertengkar atau mencacinya maka katakan kepadanya saya sedang berpuasa, saya sedang berpuasa”.(Bukhari)
Dalam riwayat lain disebutkan:
إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَفْسُقْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ جُهِلَ عَلَيْهِ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Jika pada suatu hari seseorang diantara kalian puasa maka jangan berkata kotor, jangan berbuat fasik dan jangan bertindak bodoh, dan jika ada yang bertindak bodoh pada dirinya maka katakanlah saya orang yang sedang berpuasa”. (Ahmad)
Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa orang yang berpuasa, selain menjaga diri dari makan, minum dan syahwat, juga harus membentengi diri dari melakukan empat hal:
1. Tindakan yang berhubungan dengan lisan dan badan, berbuat rafats
2. Tindakan yang berhubungan dengan iman, berbuat fasik
3. Tindakan yang berhubungan dengan sifat, bertindak bodoh
4. Tindakan yang berhubugan dengan kesabaran diri, tidak mudah terpancing emosi
Imam Jabir pernah berkata:
إذا صمت فليصم سمعك وبصرك ولسانك عن الكذب، ودع عنك أذى الجار، وليكن عليك وقار وسكينة، ولا يكن يوم صومك ويوم فطرك سواء
Jika Anda berpuasa maka puasakanlah telingamu, pandanganmu, dan lisanmu dari sesuatu yang dusta, tinggalkan dari perbuatan menyakiti tetangga, dan jadilah orang yang tenang dan damai, dan jangan sampai hari puasa dengan hari biasamu (tidak berpuasa) itu sama.
Sementara sebagian salafussalih juga berkata:
“Puasa yang paling ringan adalah meninggalkan makan dan minum , dan hal tersebut tidak akan menyempurnakan kedekatan diri kepada llah dengan hanya meninggalkan syahwat yang mubah kecuali setelah bertaqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, dalam setiap kondiri, dan seorang muslim jika pada setiap saat wajib meninggalkan yang diharamkan maka pada waktu puasa lebih ditekankan lagi, dan orang yang melakukan tindakan haram pada selain bulan puasa berhak mendapatkan hukuman namun jika melakukannya pada saat puasa maka disamping mendapatkan dosa dan hukuman, juga berpengaruh pada puasanya; pahala berkurang atau batal. Puasa hakiki adalah puasa perut dari makan dan minum, puasa anggota tubuh dari dosa, puasa lisan dari ucapan keji dan kotor, puasa telinga dari mendengarkan musik dan ghibah serta adu domba, dan puasa mata dari penglihatan yang diharamkan”.
Bahkan di antara fenomena lalai tersebut ada yang berakibat pada kerasnya hati:
- Melewati malam hari dengan begadang tanpa dzikir dan tilawatil qur’an dan tidur pada siang harinya, sehingga mengabaikan banyak waktu kewajiban shalat dan tidak tepat waktu dalam menunaikannya.
- Mengabaikan waktu-waktu penting dengan mengikuti program-program tidak bermanfaat, seperti nonton sinetron, malam dan siang hari, dan enggan mencari kerja yang bermanfaat dan amal yang baik.
- Banyak melakukan pertemuan-pertemuan dan kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat yang melalaikan, tempat sendau gurau dan mungkar.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata: “Kewajiban bagi orang yang berpuasa dan yang lainnya adalah bertaqwa kepada Allah SWT terhadap apa yang datang dan pergi dari seluruh waktu-waktunya, berhati-hati terhadap perbuatan yang diharamkan Allah SWT, seperti menyaksikan film-film telanjang yang menampakkan sesuatu yang diharamkan untuk dilihat, nyanyian-nyanyian, alat-alat pembuat lalai, seruan atau ajakan-ajakan yang menyesatkan… Karena perbuatan itu bagian dari yang mungkar dan perbuatan mungkar, menyebabkan keras dan sakitnya hati, menganggap remeh syariat Allah SWT, dan merasa berat terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.” (Majmu fatawa Abdul Aziz bin Baz; 4/158)
Jangan sampai kita termasuk orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan nilai dan pahala puasa kecuali hanyalah mendapatkan cape dan letih dari menahan haus dan lapar, berdiri untuk shalat tarawih dan lain-lain. Seperti yang disabdakan nabi saw:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan nilai dan pahala puasa kecuali hanyalah menahan lapar dan haus dan betapa banyak orang yang bangun malam tidak mendapatkan pahala bangun malam kecuali hanyalah letih dan begadang saja”
Dan jangan sampai pula setelah Allah memberikan kesempatan kepada kita mengikuti bulan ramadhan yang penuh berkah dan ampunan namun kita tidak dapat meraihnya, sebagaimana yang didoakan oleh malaikat jibril dan diaminkan oleh nabi..
رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ، أَوْ بَعُدَ، دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
“Celaka dan kecewalah seseorang yang masuk pada bulan ramadhan namun tidak mendapatkan ampunan”. (Thabrani)
Sumber: ngajionline

Monday 16 June 2014

Adab Menasehati Orang Lain



SEBAB hidup tidaklah melulu berjalan lurus. Jika kita salah, boleh jadi ada hal yang kita tidak ketahui. Karena setiap orang tentu mendambakan keselamatan hidup. Keselamatan dari kerusakan dan hal-hal yang membahayakan dirinya—lahir atau batin. Itulah hikmah mengapa kita mesti saling menasehati.
Sesungguhnya adalah hal yang penting sebuah nasehat dalam kehidupan kita. Agar kita tahu kekurangan kita dan segera memperbaikinya. Harus ada yang memberitahukan kepada kita tentang hal-hal yang tidak kita ketahui. Pemberitahuan itulah yang bisa jadi sebuah nasehat, masukan atau kritikan.
Rasulullah saw. mengatakan, “seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya,” (HR. Al-Bukhari)
Orang muslim yang benar-benar bertakwa bukan hanya lepas dari sifat-sifat tercela, tetapi juga harus menghiasi dirinya dengan sifat dan akhlak yang mulia, positif dan konstruktif, yaitu akhlak suka saling menasehati dan jujur, dengan kepercayaan bahwa agama adalah nasehat, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Rasulullah melalui sabdanya
Agama itu nasehat, Kami bertanya, Untuk siapakah itu? Beliau menjawab, Bagi Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam dari mereka” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berikut adab dalam memberi nasehat kepada orang lan yang di sarikan dari buku berjudul: “Selembut Perkataan Nabimu – Kiat agar Nasihat Laksana Embun Yang Menyejukkan”, karya Muhammad Abu Shu’ailaik.
1. Ikhlaskan niat
Semata-mata untuk mengharapakan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena yang demikian ini berarti pemberi nasehat akan mendapatkan ganjaran dari Allah Jalla wa ‘Ala, sehingga Allah pun akan membantu engkau agar orang yang dinasehati diberikan hidayah oleh-Nya.
2. Menasehati Secara Rahasia
Ini adalah adab yang kebanyakan dari kita tidaklah mengetahuinya. Perhatikanlah, bahwa penerima nasehat adalah orang yang sangat butuh untuk ditutupi segala keburukannya, dan diperbaiki kekurangan-kekurangannya. Maka, tidaklah nasehat akan mudah diterima bila disampaikan secara rahasia.
Imam Abu Hatim bin Hibban Al Busti rahimahumullahberkata: “Namun nasehat tidaklah wajib diberikan kecuali dengan cara rahasia. Karena orang yang menasehati saudaranya secara terang-terangan pada sejatinya ia telah memperburuknya (keadaan penerima nasehat). Barangsiapa yang memberinasehat secara rahasia, maka dia telah menghiasinya. Maka menyampaikan sesuatu kepada seseorang muslim dengan cara menghiasinya, lebih utama daripada bermaksud untuk memburukkannya”. (Raudhatul Uqala’, hlm 196)
3. Memberi nasehat dengan Halus, Penuh Adab dan Lemah Lembut.
Hal ini dikarenakan memberi nasehat ibaratnya seperti membuka pintu. Sedangkan sebuah pintu tidak akan bisa dibuka kecuali dengan kunci yang pas & tepat. Maka pintu itu adalah hati, dan kuncinya adalah nasehat yang disampaikan dengan lemah lembut, santun, dan halus. Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam:
Sesungguhnya kelemahlembutan tidaklah berada dalam sesuatu kecuali menghiasinya. Dan tidaklah terpisah dari sesuatu kecuali ia perburuk.” (HR. Muslim)
4. Tidak Memaksa
Orang yang menasehati tidaklah berhak sama sekali untuk menerima nasehatnya. Karena pemberi nasehat adalah seseorang yang membimbing menuju kebaikan. Sehingga hak pemberi nasehat hanyalah menyampaikan dan memberi arahan saja.
5. Memilih Waktu yang Tepat untuk Memberi Nasehat
Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu berkata:
Hati itu memiliki rasa suka dan keterbukaan. Hati juga memiliki kemalasan dan penolakan. Maka raihlah ketika ia suka dan menerima. Dan tinggalkanlah ia ketika ia malas dan menolak.” (Al –Adab Asy-Syar’iyyah, karya Ibnu Muflih)
 sumber : islampos

Adab Berbicara, Berdebat dan Mendengar Pendapat



Adab Berbicara
1. Semua pembicaraan harus kebaikan, (QS 4/114, dan QS 23/3), dalam hadits nabi SAW disebutkan:
“Barangsiapa yang beriman pada Allah Subhanahu Wata’ala dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)
2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadits Aisyah ra:
“Bahwasanya perkataan Rasulullah Saw itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)
3. Seimbang dan menjauhi berlarut-larutan, berdasarkan sabda nabishallallahu alaihi wasallam:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak bercakap dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai Rasulullah kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Orang-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi dan dihasankannya)
4. Menghindari banyak berbicara, karena khuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il:
Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai abu Abdurrahman (gelar Ibnu Mas’ud)! Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi shallallahu alaihi wasallam:
dan beliau menjawab kuatir membosankan kami (HR Muttafaq ‘alaih)
5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah nabi SAW jika berbicara maka beliau shallallahu alaihi wasallam:
mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila beliau shallallahu alaihi wasallam:
mendatangi rumah seseorang maka beliau shallallahu alaihi wasallam:
pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)
6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadits nabishallallahu alaihi wasallam:
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah Subhanahu Wata’ala keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah Subhanahu Wata’ala yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah Subhanahu Wata’ala mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Dan dalam hadits lain disebutkan sabda nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR Abu Daud)
8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadits nabishallallahu alaihi wasallam:
“Bukanlah seorang mu’min jika suka mencela, mela’nat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)
9. Menghindari banyak canda, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi Allah Subhanahu Wata’ala di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)
10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk, berdasarkan QS 49/11, juga dalam hadits nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)
11. Menghindari dusta, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam:
“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)
12. Menghindari ghibah dan mengadu domba, berdasarkan hadits nabishallallahu alaihi wasallam:
“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR Muttafaq ‘alaih)
13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadits nabi shallallahu alaihi wasallam, dari Abdurrahman bin abi Bakrah dari bapaknya berkata:
Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka kata nabi: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (2 kali), lalu kata beliau: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga Allah mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi Allah, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim)
Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabishallallahu alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji. (HR Muslim)
Adab Mendengar
1. Diam dan memperhatikan (QS 50/37)
2. Tidak memotong/memutus pembicaraan
3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan lawan jenis)
4. Tidak menyela pembicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa.
5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara
Adab Menolak / Tidak Setuju
1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian
2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal
3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara
4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih
5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit
6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan sisi benarnya lebih dulu sebelum mengomentari yang salah
7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat
8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi
9. Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikuatirkan menjadi fitnah bagi diri dan agamanya
10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari kebencian serta penyakit hati.
Wamaa taufiiqi illaa billaah, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniib.
[al-ikhwan]
sumber: islampos