Monday 21 July 2014

Rasulullah Bacakan Fushshilat, Semua Kafir Bersujud



SUATU ketika, Rasulullah keluar di bulan Ramadhan  me­nuju Masjidil Haram. Ketika itu Masjidil Haram dipenuhi oleh sekumpulan orang Quraisy yang banyak jumlahnya. Di antaranya ter­dapat para pemuka dan pembesarnya.

Lalu Rasulullah berdiri di tengah-tengah kum­pulan ini. Kaki Fathimah tidak beran­jak dari tempatnya menyaksikan kebe­ranian ayahnya ber­ada di tengah-tengah sekumpulan besar para musuhnya. Tiba-tiba Fathimah mendengar suara beliau yang keras ketika membaca surah An-Najm. Orang-orang kafir itu sebelumnya tidak pernah mendengar kalam Allah, karena cara mereka yang turun-temurun adalah mengamalkan apa yang dipesan­kan oleh sebagian mereka kepada se­bagian yang lain.

Di antara ucapan mereka adalah sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an yang artinya, ”Janganlah kalian mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya, supaya kalian dapat mengalahkan (mereka),” — (QS Fush­shilat (41): 26).

Ketika Rasulullah mendatangi me­reka secara tiba-tiba dengan membaca surah ini dan mengetuk telinga mereka de­ngan kalam Ilahi yang memukau, me­reka merasa bingung dengan apa yang mereka alami. Maka masing-masing  mereka mendengarkannya dengan baik. Tidak terpikir di benak mereka saat itu sesuatu selainnya, sampai ketika beliau membaca akhir surah ini seolah-olah hati mereka menjadi terbang. Kemudian beliau membaca ayat yang artinya, ”Maka bersujudlah kalian kepada Allah dan sembahlah (Dia).”
Setelah itu beliau sujud, dan tak ada se­orang pun yang dapat menguasai diri­nya sehingga semuanya bersujud.
Fathimah heran menyaksikan hal itu. Sungguh itu suatu pemandangan yang indah yang ia saksikan. Para pemimpin kekafiran dan pembesar-pembesarnya menjadi bingung berhadapan dengan indahnya kebenaran. Penentangan yang ada di dalam hati mereka yang sombong dan suka mengejek itu pun sirna seke­tika. Mereka tidak bisa menahan diri untuk bersujud kepada Allah. Tiba-tiba diri me­reka menjadi kosong dan dingin ketika ter­sentuh oleh arus keyakinan yang tim­bul dari ayat-ayat Al-Qur’an yang mulia.

Kejadian ini merupakan petunjuk bagi setiap muslim bahwa sesungguh­nya ke­kuatan keburukan itu, betapa pun sewe­nang-wenangnya ia dan betapa pun ber­kuasanya ia, tak akan dapat melawan ka­limat-kalimat yang mengan­dung cahaya, dan tiang-tiangnya akan hancur apabila tersentuh oleh rahasia yang tersembunyi dalam kalimat-kalimat Allah ini.

Berita-berita tentang kejadian ini sam­pai pula kepada orang-orang yang hijrah ke Habasyah, tetapi beritanya sama sekali berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Berita yang sampai kepada mereka adalah bahwa kaum Quraisy telah masuk Islam. Maka kembalilah me­reka ke Makkah pada bulan Syawwal tahun itu juga.
Ketika mereka telah berada di dekat Makkah di suatu siang dan mereka mengetahui masalah yang sebenarnya, mereka pun kembali ke Habasyah. Tidak ada yang masuk ke Makkah di antara me­reka kecuali secara sembunyi-sembunyi atau dalam perlindungan seorang musy­rik Quraisy, seperti Al-Walid bin Al-Mughi­rah dan Abu Thalib bin Abdul Muththalib. [pecinta habibana]

sumber: islampos

Aku Tidak Ingin Meninggalkan Sholat Shubuh Berjamaah




Shalat Subuh berjamaah memang selalu banyak rintangannya. Tapi Ali Bin Abi Thalib berusaha terus dalam kondisi apapun untuk berjamaah di Masjid. Hingga halanganpun dimudahkan oleh Allah swt.

PAGI hari itu, Ali bin Abi Thalib bergegas bangun untuk mengerjakan shalat Shubuh berjamaah di Masjid bersama Rasulullah saw. Rasulullah saw tentulah sudah berada di sana. Rasanya, hampir tidak pernah Rasulullah saw keduluan orang lain dalam berbuat kebaikan. Tidak ada yang istimewa karena memang inilah aktivitas yang sempurna untuk memulai hari, dan bertahun-tahun lamanya Ali bin Abi Thalib sudah sangat terbiasa.

Langit masih gelap, cuaca masihlah dingin dan jalanan masih pula diselimuti kabut pagi yang turun bersama embun. Ali melangkahkan kakinya tergesa-gesa menuju Masjid. Dari kejauhan, lamat-lamat sudah terdengar suara Bilal memanggil-manggil dengan adzannya yang berkumandang merdu ke segenap penjuru dan sudut-sudut kota Madinah.

Namun, belumlah begitu banyak langkahnya, ketika Ali bin Abi Thalib berada di jalan setapak menuju tempat jamaah yang jaraknya masih cukup jauh, ternyata di hadapannya ada sesosok tubuh. Ali mengenalinya sebagai seorang kakek tua yang beragama Yahudi. Kakek tua itu melangkahkan kakinya teramat pelan sekali. Itu mungkin karena usianya yang telah lanjut. Tampak sekali ia sangat berhati-hati dan tergopoh-gopoh menyusuri jalan.

Ali sebenarnya sangat tergesa-gesa. Ia tidak ingin ketinggalan mengerjakan shalat tahyatul masjid dan qabliyah Shubuh sebelum bersama Rasulullah saw dan para sahabat lainnya melaksanakan shalat berjamaah.
Ali paham benar bahwa Rasulullah saw mengajarkan supaya setiap umat Muslim menghormati orang tua. Siapapun itu dan apapun agamanya. Maka, Ali pun terpaksa berjalan di belakang kakek itu. Tapi apa daya, si Kakek berjalan amat lamban, dan karena itu pulalah, langkah Ali pun sangat pelan jua. Kakek itu lemah sekali, dan Ali tidak sampai hati untuk mendahuluinya. Ia khawatir kalau-kalau kakek Yahdui tersebut terjatuh atau kena celaka.

Setelah sekian lamanya berjalan, akhirnya waktu mendekati masjid, langit sudah hampir kuning. Cuacanya pun perlahan-lahan sudah terasa hangat. Kakek itu melanjutkan perjalanannya, melewati masjid dan tidak masuk ke dalamnya sebab tempat ibadah agama Yahudi adalah di Sinagog.

Ketika Ali memasuki Masjid, Ali menyangka shalat Shubuh berjamaah pastilah sudah usai. Ia bergegas. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya, Ali terkejut sekali bercampur gembira. Nabi dan para sahabat masih rukuk pada rakaat yang kedua. Ini berarti Ali pun masih punya kesempatan untuk memperoleh shalat berjamaah. Jika masih bisa menjalankan rukuk bersama, berarti masih kebagian satu rakaat-lah ia.

Sesudah Rasulullah saw mengakhiri shalatnya dengan salam, lalu melakukan dzikir bersama-sama dan selesai berdoa, Umar bin Khattab yang memang merasa aneh dengan kejadian yang baru lewat, memberanikan diri untuk bertanya kepada Rasulullah saw. Ia pun menghampiri Rasulullah saw.

“Wahai Rasulullah, mengapa hari ini shalat Shubuhmu tidak seperti biasanya? Ada apakah gerangan?”
Rasulullah saw mengerutkan keningnya, “Kenapakah, ya Umar? Apa yang berbeda?” tanya Rasulullah saw.
“Kurasa sangat lain, ya Rasulullah. Biasanya engaku rukuk dalam rakaat yang kedua tidak sepanjang pagi ini. Tapi tadi itu engkau rukuk lama sekali. Kenapa?”
Rasulullah saw kembali menggelengkan kepalanya beberapa kali. “Aku juga tidak tahu. Hanya tadi, pada saat aku sedang rukuk dalam rakaat yang kedua, Malaikat Jibril tiba-tiba saja turun lalu menekan punggungku sehingga aku tidak dapat bangun iktidal. Dan itu berlangsung lama, seperti yang kau ketahui juga….”
Umar makin heran. “Mengapa Jibril berbuat seperti itu, ya Rasulullah?”
Nabi kembali menggeleng ramah seraya berkata, “Aku juga belum tahu gerangan. Jibril belum menceritakannya kepadaku.”

Dengan perkenan Allah, beberapa waktu kemudian Malaikat Jibril pun turun. Ia berkata kepada Nabi;
“Muhammad, aku tadi diperintahkan oleh Allah untuk menekan punggunmu dalam rakaat yang kedua. Sengaja agar Ali mendapatkan kesempatan shalat berjamaah denganmu, karena Allah sangat suka kepadanya bahwa ia telah menjalani ajaran agamaNya secara bertanggung jawab. Ali menghormati seorang kakek tua Yahudi. Dari penghormatannya itu sampai ia terpaksa berjalan pelan sekali karena kakek itupun berjalan pelan pula. Jika punggungmu tidak kutekan tadi, pasti Ali akan terlambat dan tidak akan memperoleh peluang untuk mengerjakan shalat Shubuh berjamaah denganmu hari ini.”
Mendengar penjelasan Jibril demikian, mengertilah kini Rasulullah saw. Beliau sangat menyukai perbuatan Ali, karena apa yang dilakukannya itu tentunya menunjukkan betapa tinggi penghormatan umat Islam kepada orang lain. Satu hal lagi, bahwa Ali tidak pernah ingin sengaja terlambat atau meninggalkan amalan jamaahnya. Rasulullah saw pun menjelaskan hal itu kepada para sahabat. [Diambil dari buku: Peri Hidup Nabi dan Para Sahabat/Penerbit: islampos/Karya: Saad Saefullah]

sumber: islampos

Tangis Rasulullah di Malam Perang Badar



“Jibril telah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan berkata kepada beliau,”Dengan apa kalian menyebut orang-orang yang berjuang di perang Badar ini?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Mereka adalah orang muslim terbaik.” Maka, Jibril berkata, “Begitu pula dengan malaikat yang ikut serta dalam perang Badar ini. Mereka termasuk muslim terbaik.”

DETIK-detik Perang Badar. Diketahui jumlah kekuatan kaum muslimin saat perang tersebut hanya sekitar 313 sampai 317 orang. Mereka terdiri dari kaum Muhajirin 82 atau 86 orang, Bani Aus 61 orang, dan kalangan Khazraj 170 orang. Mereka berja­lan dengan hanya membawa 2 kuda dan 70 unta. Maka, setiap dua orang atau tiga saling bergantian dalam mengendarai satu unta.
Sangat berbeda jauh dengan jumlah yang di miliki oleh kaum kafir Qurais, Jumlah mereka mencapai 1.300 orang. Mereka membawa 100 tentara berkuda, 600 tentara berbaju besi, dan sejumlah unta yang sangat banyak jumlahnya. Pasukan bangsa Quraisy ini dipimpin oleh Abu Jahal.
Sa’ad ibn Muadz-pembawa bendera Anshar-pun saat itu angkat suara. Maka, ia pun segera bangkit dan berkata, “Demi Allah, Kami telah beriman kepadamu, sehingga kami akan selalu membenarkanmu. Dan kami bersaksi bahwa ajaran yang engkau bawa adalah benar. Karena itu, kami berjanji untuk selalu mentaati dan mendengarkan perintahmu. Berangkatlah wahai Rasululah Shalallahu ‘alaihi wasallam, jika itu yang engkau kehendaki. Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan nilai-nilai kebenaran, seandainya engkau membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu.

“Sungguh, tidak akan ada satu pun tentara kami yang akan tertinggal dan kami tidak takut sedikit pun kalau memang engkau memper­temukan kami dengan musuh-musuh kami esok hari. Sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang terbiasa hidup dalam peperangan dan melakukan pertempuran. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu berbagai hal dari kami yang dapat memberikan kebahagiaan bagimu. Maka, marilah kita berjalan menuju berkah Allah.”

Ibnu Katsir rahimahullah menggambarkan keadaan Nabi saw pada malam perang badar. “Pada waktu malam perang badar , Rasulullah saw melakukan shalat di dekat sebatang pohon. Dalam sujudnya beliau memperbanyak, ‘Ya Hayuu, Ya Qayum.’ Beliau mengulang-ngulangi ucapan itu , dan menekuni sholat tahajud sambil menangis dan berdoa terus menerus sampai pagi, dalam doanya Beliau berkata; ‘Ya Allah aku mengingatkan-Mu akan janji-Mu, Ya Allah jangan Engkau meninggalkanku, Ya Allah jangan Engkau membiarkanku, Ya Allah jangan Engkau menyianyiakanku. Ya Allah ini adalah orang Qurais, mereka telah datang dengan kesombongan mereka. Mereka telah menentang dan menuduh bohong utusan-Mu. Ya Allah mana pertolongan-Mu yang Engkau janjikan.’ Beliau berdoa hingga jubahnya terjatuh.

“Datanglah Abu Bakar sahabat yang selalu menemaninya dikala suka dan duka, Sahabat yang menemani Rasulullah ketika di kejar bala tentara musuh di gua Tsur. Sahabat yang memiliki hati yang begitu lembut, dengan air mata yang menetes ia mengambil jubah Rasulullah saw yang terjatuh kemudian mengembalikan ke pundaknya dan Beliau mengikuti di belakang Rasulullah saw. Dia berkata, “Wahai Nabi Allah cukup bagimu mengingatkan Tuhanmu akan janji-Nya. Karena Ia akan memberikan kepadamu apa yang Ia janjikan. Maka Allah swt menurunkan firman-Nya,” Agar Allah swt menetapkan yang hak ( Islam ) dan membatalkan yang batil ( syirik ) walaupun orang-orang yang berdosa itu tidak menyukainya.” ( QS; Al-Anfal : 9 ). Allah pun menolongnya dengan mengirim malaikat-Nya dalam perang Badar.” [harapan diri]

sumber : islampos

Wednesday 2 July 2014

Serunya LDK Rohis Di Villa Pink Cibatok

Tepat sebelum memasuki ramadhan,yaitu pada tanggal 25-27 juni, para pengurus ROHIS SMAN 29 mengadakan LDK untuk para calon pengurus rohis untuk periode 2014 -2015, bertempat di Villa Pink Cibatok, para peserta tampak antusias mengikuti LDK ini. Berikut keseruan-keseruan yang terjadi di sana.


Suasana sebelum keberangkatan



Suasana ketika pembekalan materi



Yuuuhhhuuuu outbound!!!!!




Hih, yang jaga pos pada narsis :p



Muhasabah dulu eeeaaaaa!!!



Saatnya rihlah, Ayo maiiiinnnn!!!!!


Meski di alam bebas, jangan lupa sholat yaa!!!!

Belum lengkap LDK kalo belum jalan malam!



Mereka lagi sibuk baca apa sih? O.oa


Last but not least, saatnya para pengurus IAR narsiiiisss!!!

Gimana? Seru kan? Sampai jumpa di LDK tahun depan!!!